10 Orientasi Pendampingan Anak di Tengah Badai Digitalisasi

6. Sejalan usia pertumbuhan dan perkembangan, anak-anak belajar banyak hal selama dan melalui permainan. Di era digital dewasa ini, bermain (permainan) sudah hijrah dalam bentuk “game.” Barangkali saat ini adalah momen yang pas bagi orang tua ikut memperhatikan. Fokus pada terkait apa, mengapa dan bagaimana kok anak-anak betah memanfaatkan “game.” Ikuti algoritma “game” tersebut lalu cari bentuk alat bantu pembelajaran yang setara dengan game tersebut. Salah satu pendekatan agar anak-anak tetap mendapatkan manfaat dengan keberadaan era digital ini.

7. Simak dengan baik anak-anak dalam keseharian. Secara alami mereka condong mengabaikan sekitar jika sedang menggandrungi “peralatan” baru, semacam perangkat seluler. Seakan lupa keadaan sekitar terutama ketika di gawai mereka ada permainan menarik perhatiannya. Di sisi lain, sebenarnya anak juga punya panggilan untuk diperhatikan serta butuh kasih sayang. Orangtua harus cakap membaca gejala ini, lalu mengupayakan semacam intervensi agar meski ada interupsi mereka tidak merasa terganggu.

Caranya?

Memperlihatkan perhatian dilandasi kasih orangtua secara utuh dan tulus. Berangsur, meski di awal akan ada aksi bersungut-sungut, anak-anak akan mampu menahan diri untuk tidak terlalu fokus dengan apa yang sedang mereka gandrungi. Perlihatkan terus-menerus rasa kasih dan sabar secara sungguh-sungguh. Akan ada momen dimana mereka “ikut” dengan kiriman sayang yang kita suguhkan. Sehebat-hebatnya gawai dan “game” takkan ada unsur kasih sayang di dalamnya. Percaya akan hal itu.

8. Segila-gilanya seseorang akan sesuatu permainan baru, pasti ada rasa letih, juga bosan. Tetapi ada kalanya, rasa itu datang dalam waktu yang lama. Orangtua harus cakap mengintervensi dengan tepat. Upayakan jeda waktu bagi anak-anak untuk tidak lengket dengan gawainya. Ingat, istirahat itu mutlak! Jika mengalami kesulitan mengajak istirahat, bawa jalan ke luar rumah. Melihat pekarangan misalnya. Sambil membisikkan, ada waktu khusus bebas dari gawai!

Caranya?

Foto oleh Mikhail Nilov dari Pexels

Ajak anak-anak melakukan sesuatu yang tetap menyenangkan tetapi berupa kegiatan, karena kegiatan tersebut kesempatan memegang gawai bisa dikurangi. Bahkan tidak terjadi. Misalnya menyiram tanaman, menyapu dan mengepel. Melalui kegiatan seperti ini, keadaan yang akan membuat anak-anak jeda dari gawai.

Foto oleh Kampus Production dari Pexels

Baca juga: Imunisasi Anak Usia Di Atas 5 Tahun, Apa Saja?

9. Apa yang kamu lihat, itu yang kamu dapat! Agar anak-anak mendapatkan apa yang sebaiknya mereka dapat, kita harus memperlihatkan dan melakukan hal tersebut terlebih dahulu. Jadi model, panutan. Jika kita menghendaki anak-anak ada jeda waktu menatap layar misalnya, jauh sebelum itu, kita harus melakukannya terlebih dulu.

10. Anak-anak lebih mudah mengingat, mencontoh dan melakukan yang terlihat daripada yang didengar. Lebih mudah melihat contoh secara visual dibandingkan perintah verbal. Memberi sapaan atau teguran, apa lagi instruksi kepada anak, jauh lebih baik melalui tindakan nyata. Jadi instruksi diterima melalui cara kita melakukan apa yang diinstruksikan. Tindakan tersebut jauh lebih efektif. Lebih mengena sebagai cara meminta anak agar mengindahkan apa yang kita kehendaki mereka lalukan.

Media sosial sebagai salah satu unsur dari dan di era digital telah menciptakan perilaku cemburu atas suatu ilusi. Padahal hanya ilusi, kok masih bisa dicemburui juga ya?
Ini berarti bahwa di zaman serba digital ini dapat saja dianggap bahwa sesuatu itu ada dan terjadi, padahal belum atau tidak ada. Pada saat bersamaan, yang ada dan terjadi malah luput dari perhatian. Kondisi semacam ini sangat rawan dalam hal mendampingi tumbuh-kembang anak. Yang ada seperti tiada. Yang tiada malah dianggap seperti ada.

Jadi, bijaklah.

Selalu ada sisi positif dari era apapun. Termasuk di era digital. Media sosial sebagai contoh. Kan dapat juga digunakan untuk menularkan pengaruh baik (?) Jadi bukan semata menarik minat melalui aktivitas bersifat sensasi. Media sosial di era digital dapat digunakan memberi aura positif melalui aktivitas berbasis prestasi.

Digitalisasi sebagai bagian dari kemajuan teknologi adalah yang terbaik, ketika pemanfaatannya menyatukan manusia. Jadi, kita wajib menjaga pemanfaatan kemajuan dan pengaruh digitalisasi tetap positif. Semua kemajuan hendaknya jangan sampai melampaui dan menghilangkan rasa kemanusiaan.

Ingat, kita tak dapat meminta pertanggungjawaban kepada teknologi atau media sosial jika sesuatu hal negatif terjadi. Kita hanya bisa meminta pertanggungjawaban kepada orang. Orang itu adalah kita, sebagai orangtua, untuk kemajuan dan kebaikan anak-anak.

Untuk renungan bersama: “Dengan kemajuan teknologi dan digitalisasi ini, apakah kita akan semakin gagah atau malah dijajah?”

Dewasa ini, kita seolah diajak untuk “tidak” perlu lagi menggunakan memori untuk menghapal. Apapun yang ingin kita tanya, ada jawaban pasti dan beragam secara digital. Juga kita dapat memperoleh semua jawaban atas semua pertanyaan dalam waktu cepat.

Jawabannya juga akurat dan bermanfaat.

Tetaplah waspada. Biarkan dan ijinkan era digital datang. Namun kita tetap peka dalam menyiapkan anak dengan baik. Tidak membiarkan teknologi dan digitalisasi mengambil alih dan menghilangkan rasa kemanusiaan.

Jika itu yang terjadi, waspadai perkataan Albert Einstein: “Saya takut datang saat ketika teknologi tumpang tindih dengan kemanusiaan kita. Saat itu terjadi, dunia hanya akan memiliki generasi idiot!”

Mari mewaspadai kemungkinan keadaan tersebut terjadi. Pendidikan yang baik adalah dasar yang baik untuk masa depan baik. Kemampuan menyongsong masa depan lebih baik ada di saat ini. Kita songsong dan ciptakan masa depan baik dengan membangun masa kini yang juga baik sejak sekarang. Ini gambaran prasyarat membuat semesta memiliki masa depan jauh lebih baik lagi. Kita akan bangga karena mampu menyiapkan keadaan tersebut melalui anak-anak kita.

“Children are likely to live up to what you believe of them!” … ucapan Lady Bird Johnson, Former First Lady of the United States (Anak-anak cenderung hidup sesuai dengan apa yang Anda yakini tentang mereka).

Maximus Gorky Sembiring adalah seorang pegiat pembelajaran
sepanjang hayat & praktisi pendidikan jarak jauh serta guru
besar Manajemen Pendidikan Jarak Jauh di Universitas Terbuka.

Foto utama oleh Agung Pandit Wiguna dari Pexels

Parents Guide
Parents Guidehttp://www.burhanabe.com
Info seputar parenting, mulai dari kehamilan, tumbuh kembang bayi dan anak, serta hubungan suami istri, ditujukan untuk pasangan muda.

Related Posts

Comments

Stay Connected

0FansLike
400FollowersFollow
8,385FollowersFollow

Recent Stories