COLUMN
Sebaran kasus harian Covid-19 kembali beranjak tinggi di awal tahun 2022 ini dengan hadirnya varian Omicron. Seperti yang telah kita ketahui sebelumnya, gejala yang timbul akibat Covid-19 meliputi peningkatan suhu badan (demam), batuk, nyeri tenggorok atau nyeri telan, penurunan kemampuan menghidu atau mengecap rasa, nyeri badan, hingga sesak nafas.
Akan tetapi, varian Omicron memiliki ciri khas yang cukup berbeda dibandingkan dengan varian-varian sebelumnya, yaitu gejala didominasi oleh batuk dan rasa tidak nyaman di tenggorokan, sedangkan penurunan/hilangnya kemampuan penghidu dan pengecap sangat sedikit ditemukan. Salah satu langkah pencegahan dan pengendalian yang diambil oleh Pemerintah adalah pemercepatan pemberian vaksinasi Covid-19 untuk seluruh lapisan masyarakat di Indonesia, termasuk kelompok anak.
Tidak hanya vaksinasi Covid-19, jenis vaksinasi lainnya pun sering kali ditolak mentah-mentah oleh sang anak. Ada yang marah, memberontak, hingga kabur ketika mengetahui bahwa dirinya akan disuntik. Jika ditelaah lebih lanjut, kejadian ini sesungguhnya tak jarang disebabkan oleh hilangnya rasa aman dan kepercayaan anak terhadap orang tua maupun tenaga kesehatan. Sekarang, bagaimana pendekatan yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam menghadapi situasi seperti inI?
Jujur dan terbuka
Beberapa hari sebelum vaksinasi, jelaskan kepada anak bahwa anak dijadwalkan vaksin dan terangkan manfaatnya. Jujur mengenai rasa sakit suntik dan yakinkan anak bahwa ia sanggup melaluinya, seperti “Daya tahan orang terhadap suntikan berbeda-beda. Ada yang bilang sakit sekali, ada yang bilang tidak seberapa. Yang jelas, sakitnya cuma sebentar, tapi manfaatnya jangka panjang untuk kesehatanmu. Mama percaya kamu akan baik-baik saja.”