Moms Memiliki Peran Penting dalam Mendukung Kesembuhan Anak
Tanggal 15 Februari selalu diperingati sebagai Hari Kanker Anak Sedunia. Peringatan ini bertujuan memberikan sorotan mengenai dampak dan bahaya penyakit kanker pada anak. Selain itu, peringatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang kanker anak serta sebagai bentuk dukungan bagi para penyintas kanker anak dan keluarganya.
Peringatan tahun ini mengusung tema ‘Kelangsungan Hidup Lebih Baik’ dapat dicapai dengan #throughyourhands (melalui tangan Anda) untuk mewujudkan “Perawatan yang tepat pada waktu yang tepat oleh tim yang tepat”.
Pada awalnya, Hari Kanker Anak Internasional diperingati tahun 2002 oleh Childhood Cancer International (CCI). Organisasi yang berupaya menyediakan perawatan medis dan psikologis terbaik kepada anak-anak terlepas dari batasan lokasi, etnis, dan latar belakang ekonomi. Setiap anak tidak hanya membutuhkan pertolongan medis, tapi mereka juga membutuhkan dukungan, doa dan kesabaran dari berbagai pihak dalam berjuang menghadapi penyakit mematikan ini.
Seperti kisah inspiratif Mom Yetih yang dikarunia bayi kembar laki-laki, bernama Vivaldi dan Vivaldo. Memiliki bayi kembar, membuat Mom Yetih memutuskan membawa keduanya yang saat itu berusia enam bulan ke dokter mata untuk melakukan pemeriksaan terkait Retinopathy of Prematurity (ROP). Dokter mengatakan terdapat ROP pada si kembar, namun bukan kanker.
Kemudian, pada usia satu tahun, Mom Yetih melihat terdapat kondisi juling pada mata kiri Vivaldo. Setelah menyadari hal tersebut, Vivaldo dibawa kembali ke dokter mata dan menjalani pengobatan. Sayangnya, pengobatan terhenti karena kondisi keuangan, juga rasa trauma untuk datang ke rumah sakit karena Mom Yetih pernah kehilangan putri kecilnya karena kanker mata.
Beralih dari pengobatan dokter, Mom Yetih memutusukan untuk melakukan pengobatan alternatif hingga usia Vivaldo menginjak dua tahun. Namun kondisi mata Vivaldo semakin membesar dan tak kunjung membaik. Dengan dukungan dan doa orang sekitar, akhirnya Desember 2013, Vivaldo dibawa ke Rumah Sakit Kanker Dharmais dalam kondisi buruk. Mata mengeluarkan darah dan berat badan menyusut serta dinyatakan terkena kanker mata stadium empat.
Seperti tertimpa batu besar, Mom Yetih kecewa, marah, terlebih lagi sangat takut, mendengar kondisi Vivaldo mengalami hal sama seperti sang kakak. Bangkit dari rasa kecewa dan trauma, Mom Yetih bertekad untuk kembali fokus mengupayakan pengobatan Vivaldo. Meski sudah dirawat di rumah sakit, Vivaldo tidak bisa diberikan tindakan karena SGOT dan SGPT yang dimiliki luar biasa tinggi. Sedangkan, sel kankernya sudah menjalar ke selaput otak hingga tulang belakang.
Melansir dari halodoc.com SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) merupakan enzim yang biasanya ditemukan pada hati (liver), jantung, otot, ginjal, hingga otak. Sama halnya dengan SGOT, SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transaminase) merupakan enzim yang banyak terdapat dalam organ hati. Dengan kondisi SGOT dan SGPT tinggi, Vivaldo harus menjalani perawatan selama seminggu, dengan diberi obat dan asupan makanan melalui selang infus hingga kadar SGOT dan SGPT menurun.
Setelah kondisinya membaik, Vivaldo masih belum bisa menjalani kemoterapi, sehingga dilakukanlah tindakan sinar sebanyak sepuluh kali di awal. Tindakan sinar tersebut memiliki berbagai efek kurang baik, terdapat kemungkinan kepala sebelah kiri akan lebih kecil dan ingatannya akan berkurang.