Selamat datang di rubrik Intips, inspirasi dan tips dari Ita Sembiring. Tempat berbagi seputar kisah rumah tangga dan bagaimana menyikapi. Kita semua boleh ikut berbagi kisah di kolom komentar dan menceritakan hasilnya. Setiap orang tentu bisa jadi inspirasi dan pemberi tips buat sekitar kita.
Saat bicara, hanya mengulang yang kita tahu. Ketika medengar, bisa jadi kita mempelajari hal baru…
Kutipan di atas, bukan torehanku, tapi begitulah aku menterjemahkan tulisan Dalai Lama yang sempat terlihat seliweran di pesan what’s app. Begini: “When you talk, you are only repeating what you already know. But if you listen, you may learn something new.”
Dan aku terkesan!
Mendengar, menurutku hal tersulit dilakukan. Kalau bicara mudah, apalagi sebagai praktisi pembicara publik. Jangan ditanya, untaian kata meluncur manis bagai kran bocor dari bibir tebal ini. Tapi giliran mendengar?
Walah, bukan bibir lagi yang tebal, telingapun menebal. Padahal orang bijak bilang, mendengar itu adalah seni memahami diri. Kerap kali ucapan langsung terlupakan. Makanya sering orang mengulang kembali hal yang pernah disampaikan. Tetapi bagi yang mendengar pasti selalu mengingatnya.
Begitulah pengalamanku dalam berkeluarga. Banyak kalimat dalam beragam pilihan kata, intonasi, nada ramah sampai marah, pernah menyembur di hadapan suami. Segala ucapanku sebagian besar sudah terlupakan, tapi tidak bagi suami sebagai pendengar, tetap tersimpan dalam ingatan.
Sebaliknya, ucapan suami di telingaku sudah tak terbilang seberapa luapannya, dan dia sudah melupakan yang pernah disampaikan. Tetapi di benakku melekat, terlebih bagian-bagian menyakitkan. Begitu seterusnya. Mudahnya melupakan luapan kata tanpa memikirkan bakal terpatri dalam benak pendengar.
Tja! Betapa sering kami saling menyakiti tanpa sadar karena menganggap semua itu ucapan kosong. Padahal tidak kosong sama sekali, padat dan bikin sakit. Akibat terlalu sering, malah jadi kebiasaan hingga tak lagi jadi isu.
Semula kupikir suamiku yang dialiri darah seni begitu kuat ini pasti lebih pendiam. Betah menggambar berlama-lama dalam senyap, dan dipertemukan denganku yang hanya berhenti bicara saat terlelap atau sedang mengunyah kudapan. Itupun kalau lezat, kalau tidak tetap saja ngomel.
Terima kasih kak Ita, sudah diingatkan kembali akan hal penting ini.
Hal yg sdh saya pahami sejak lama, tepatnya dari nasihat Romo saat persiapan pernikahan 32 tahun lalu.
Jujur tidak mudah, tapi bukan tidak mungkin. Mohon berkat Tuhan utk di mampukan.
Betul banget Ita. Menikah itu penyesuaian seumur hidup. Bertoleransi seumur hidup. Thanks ya.
Sangat menginspirasi mom ita, sungguh ajaib terpadunya dua karakter yang bagai langit dan bumi menyatu dalam comitmen hidup bersama diikat dengan janji suci di altarNYA,dan masih berproses sampai 32 th entah sampai kapan yang penting bersedia menjalani proses dengan legowo GBU Mom ita
Jika boleh diperbandingkan,mendengar adalah menyerap energi dan berbicara mengeluarkan energi.Hidup mengajarkan keseimbangan antara menyerap dan mengeluarkan.Dengan kemampuan menyeimbangkan diri,akan mampu menciptakan kehidupan yang harmoni dalam hubungan rumah tangga maupun bermasyarakat.terimakasih Bu Ita,tulisan yang bagus.Dapat menjadi refleksi bagi pembacanya tentang kapan dan bagaimana menjadi pendengar yang baik.
Tulisan yang begitu piawai
Mampu menggugah hati
Menyentuh sanubari
Thanks kak Ita utk share artikelnya 🤗🙏semoga semakin diberkati Dan memberkati, Amin