4 Tantangan Perkenalkan Makanan Solid ke Anak, dan Solusinya!

Moms and Pops, memperkenalkan makanan solid kepada anak adalah hal yang cukup penting untuk kita perhatikan karena ke depannya akan membentuk kebiasaan makan anak di mana tidak jarang anak akan menolak makanan yang disediakan di rumah dengan alasan tidak sesuai selera. Mereka juga bisa terdorong untuk jajan dan menahan lapar seharian, yang tentunya efeknya tidak baik.

Kita butuh strategi menyikapi hal ini agar anak kita tidak menjadi Picky Eater atau anak yang makannya susah karena suka pilih-pilih dan banyak tidak doyan ini-itu ketika besar nanti.

Mengajak anak makan memang bisa menjadi tantangan sendiri. Berikut beberapa isu yang dapat kita antisipasi di awal agar memudahkan orang tua dalam mengatur pola makan anak sejak dini.

Baca juga: Kata Ahli Gizi Tentang Apa yang Baik Dimakan Jika Moms dan Pops Lapar Sebelum Tidur

Foto: Istimewa
  1. Terlambat atau malah terlalu cepat memperkenalkan suatu jenis makanan.
  2. Waktu ideal memperkenalkan makanan solid memang beragam. Ada yang menyebut ketika anak berusia 6 – 12 bulan, tetapi tidak jarang yang berpendapat hal tersebut dapat dimulai di umur 4 bulan dan bagus untuk mencegah berkembangnya alergi.
  3. Kapanpun Moms and Pops memutuskan, menurut dokter anak Molly O’Shea yang disadur dari sebuah artikel di HuffPost, yang terpenting adalah dari masa tersebut adalah membiasakan anak makan teratur dan memperkenalkan sebanyak mungkin ragam makanan baru dan layaknya kita, orang dewasa, respon si kecil akan sangat beragam. Bila si kecil punya saudara maka akan lebih terlihat perbedaan di antara mereka. Masing-masing akan punya kegemaran dan ketidaksukaan yang beragam. Kita tinggal mencatat sambil mengeksplorasi opsi makanan lainnya.
  4. Tekstur, tekstur, tekstur
    Masa pengenalan makanan solid adalah juga masa peralihan tekstur yang membutuhkan waktu. Tetapi dokter O’Shea menyarankan untuk menemui dokter anak bila si kecil yang umurnya di atas 1 tahun masih hanya mau makan makanan bertekstur yang mudah lumat di mulut dan menolah makanan yang lebih solid.
    Selain itu, walau hal ini biasanya merepotkan ibu-ibu dan pastinya tidak jarang yang jengah melihatnya, sebenarnya bermain-main dengan makanan adalah hal yang sangat wajar. Kontak fisik antara makanan dan jemari si kecil adalah bagian dari proses seraya ia mengenali tekstur dan mencium bau makanannya.
  5. Terlalu banyak menawarkan pilihan dan melonggarkan waktu makan
    Moms and Pops, sebagaimana point no 2 di atas, kita ingin memperkenalkan kepada si kecil sebanyak mungkin jenis makanan di awal. Akan tetapi, ketika menyajikannya, baiknya tidak menyisakan banyak pilihan karena dalam hal ini less is more. Terlalu membuka diri kepada anak agar memilih yang ia paling suka bisa jadi bumerang bagi orang tua di mana anak akan menjadi terdistraksi seleranya ketika opsi yang ditawarkan tidak cocok. Lebih parah lagi, isa jadi seleranya justru lebih besar kepada jajanan di luar ketimbang makanan yang sudah disiapkan.
    Selain itu, tetapkan waktu makan. Kita tidak harus otoriter dan memburu sang anak untuk segera makan tetapi juga jangan dibiarkan sampai berlarut-larut. Idealnya, menurut dr. O’shea, sekitar 15 menit.
    Tubuh setiap orang memberi signal kepada otak untuk mencari asupan nutrisi yang dibutuhkan. Bila kita terlalu banyak memberi opsi dan membiarkan anak berlarut-larut tidak makan menahan lapar maka bisa jadi justru si anak akan terbiasa tidak mendengarkan sinyal dari tubuhnya ketika butuh untuk segera makan.
  6. Si kecil hanya maunya minum susu saja
    Beberapa anak ketika mulai diperkenalkan dengan makanan solid tetap lebih menyukai susu. Apakah bisa menjadi faktor anak susah makan dan apa dampaknya?
    Menurut O’Shea lagi, semua tergantung porsinya. Idealnya sekitar 700 ml sehari tidak akan mempengaruhi pola makan makanan solid si kecil. Akan tetapi sebaiknya, jangan sampai berlebihan karena walaupun susu memiliki kandungan gizi yang tinggi, tetap ada nutrisi makanan yang tidak akan tergantikan.

Baca juga: Konsumsi 4 Makanan dari Sayuran Ini, Bagus untuk Ibu Hamil dan Bayinya

Related Posts

Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

[td_block_social_counter facebook="Parents-Guide-107900794865316" style="style6 td-social-boxed" open_in_new_window="y" f_counters_font_family="394" f_network_font_family="891" f_counters_font_size="eyJhbGwiOiIxNCIsImxhbmRzY2FwZSI6IjEzIiwicG9ydHJhaXQiOiIxMiJ9" f_network_font_size="eyJhbGwiOiIxMyIsImxhbmRzY2FwZSI6IjExIiwicG9ydHJhaXQiOiI5In0=" counter_color="#ffffff" counter_color_h="#ffffff" network_color="#ffffff" network_color_h="#ffffff" tdc_css="eyJsYW5kc2NhcGUiOnsibWFyZ2luLWJvdHRvbSI6IjQwIiwiZGlzcGxheSI6IiJ9LCJsYW5kc2NhcGVfbWF4X3dpZHRoIjoxMTQwLCJsYW5kc2NhcGVfbWluX3dpZHRoIjoxMDE5LCJwb3J0cmFpdCI6eyJtYXJnaW4tdG9wIjoiLTEwIiwibWFyZ2luLWJvdHRvbSI6IjMwIiwiZGlzcGxheSI6IiJ9LCJwb3J0cmFpdF9tYXhfd2lkdGgiOjEwMTgsInBvcnRyYWl0X21pbl93aWR0aCI6NzY4LCJwaG9uZSI6eyJtYXJnaW4tYm90dG9tIjoiNDAiLCJkaXNwbGF5IjoiIn0sInBob25lX21heF93aWR0aCI6NzY3fQ==" twitter="burhanabe" instagram="parentsguide.co" manual_count_instagram="400"]

Recent Stories