7 Keterampilan Hidup Dampingi Anak ke Masa Depan

6. Merajut Koneksi

Dalam kondisi tidak linear, mampu merajut koneksi antara satu dengan beberapa hal menjadi mutlak. Menghubungkan beberapa peristiwa yang sepertinya tidak saling terkait (titik secara fisik dan/atau pengetahuan yang abstrak) menjadi sangat penting.

Merajut koneksi penting dikuasai karena terlalu banyak aspek bersifat variabel. Perlu pembelajaran yang tidak semata linear, namun dapat melihat hubungan dan pola hubung antara hal-hal berbeda atau malah saling asing. Semakin banyak koneksi mampu dibuat, semakin masuk akal dan bermakna.

Meski masih balita, sesungguhnya mereka sudah mulai mampu melihat hubungan dan pola tertentu. Saat mereka mulai sadar perbedaan dasar antara mainan dan kaus kaki misalnya. Memilih pakaian sesuai ketentuan sekolah, ini membantu mereka membangun koneksi.

Dalam tataran lebih utuh, orang tua dapat pula memperlihatkan hubungan yang lebih abstrak dalam kehidupan. Semisal menceritakan ulang pengalaman bagaimana dulu pernah pergi ke kebun. Lalu reka ulang peristiwa memetik buah, mengelompokkan, memasukkan ke dalam karung terpisah seuai ukuran.

Mengulang kegiatan seperti ini menguatkan dasar anak mampu membuat hubungan dalam konteks lebih abstrak. Latihan memampukan anak-anak membuat hubungan, juga efektif membantu menyerap pelajaran di sekolah termasuk praktik nyata dalam kehidupan.

Semakin banyak koneksi mampu dibuat, semakin masuk akal dan bermakna.

7. Menerima Tantangan dan Mengambil Risiko

Daya tahan dan ulet, dua sifat penting menapaki kehidupan. Kita harus mampu beriringan dan jika mememungkinan justru mendahului kompleksitas ini. Di depan sana, hanya insan yang punya keterampilan hidup utuh dapat beriringan bahkan “mendahului masa depan!”

Semakin besar ketidakpastian, maka resiko yang mungkin harus dihadapi dan diambil juga makin berat. Begitupun, semakin besar ruang ketidakpastian, bertambah luas pula ruang untuk kemungkinan. Jika tak ada yang pasti, apa saja jadi mungkin!

Daya tahan dan keuletan perlu dimiliki dan dikembangkan sehingga mampu menghadapi gempuran. Gesit dan tangkas bangkit jika terpuruk karena selalu ingin berusaha tanpa henti sampai berhasil. Anak-anak belajar menghadapi tantangan dengan catatan kita menciptakan lingkungan yang pas untuk itu. Bukan membatasi, tapi memberi ruang cukup agar mampu melakukan manuver.

Dorong anak mencoba hal baru dan menghadapi resiko yang tentunya telah diperhitungkan. Semisal memanjat pohon rendah, belajar mengendarai sepeda. Tawarkan tantangan baru ketika mereka tampak siap, dengan mengatakan, “Saya pikir kamu sudah mampu belajar mengikat tali sepatu sendiri. Cobalah!”

Orang tua lebih fokus pada upaya dan proses yang mereka lakukan dibanding dengan semata menuntut pencapaian akhir mereka. Lalu ada rekognisi dan apresiasi dengan mengatakan, “Belajar mengikat sepatu sulit, ternyata dengan usaha serius akhirnya berhasil. Hebat!”

Jika kondisi seperti ini selalu diupayakan, secara pasti anak-anak tidak akan gagap menerima tantangan, sesuai kapasitas mereka.

M. Gorky Sembiring – Pegiat Pembelajaran Sepanjang Hayat & Praktisi Pendidikan Jarak Jauh

Maximus Gorky Sembiring adalah seorang guru besar Manajemen Pendidikan Jarak Jauh di Universitas Terbuka

Foto utama dan ilustrasi dari Burst

Parents Guide
Parents Guidehttp://www.burhanabe.com
Info seputar parenting, mulai dari kehamilan, tumbuh kembang bayi dan anak, serta hubungan suami istri, ditujukan untuk pasangan muda.

Related Posts

Comments

Stay Connected

0FansLike
400FollowersFollow
8,385FollowersFollow

Recent Stories