8 Cara Dampingi Anak Bermedia Sosial

Sebagai orangtua, harus melakukan apa?

Ayo cari tahu melalui dialog, apa yang dilakukan anak-anak secara online, tapi jangan mengintai karena akan merusak kepercayaan yang telah dibangun bersama. Ajak mereka tetap terlibat dengan cara yang membuatnya mengerti bahwa kita menghormati privasi mereka dan tahu apa yang menjadi perhatian kita. Hendak memastikan mereka aman.

Caranya? Mari kita simak.

1. Beri tahu anak-anak bahwa penting selalu bersikap baik. Perilaku yang biasa-biasa saja, perilaku rata-rata sangat tidak memadai. Jelaskan bahwa kita mengharapkan anak-anak memperlakukan orang lain dengan hormat. Tidak memposting pesan menyakitkan atau mempermalukan siapapun. Minta mereka juga terbuka jika ada yang melecehkan atau menindas mereka yang diposting orang lain.

2. Ingatkan agar berpikir dulu berkali-kali sebelum menekan tombol enter kala bermedia sosial. Sebab sebuah postingan, dapat digunakan berbalik melawan mereka. Semisal memberi tahu dunia bahwa sedang berlibur atau memposting alamat rumah, akan membuka kesempatan bagi calon perampok memanfaatkan situasi. Harus menghindari memposting lokasi pesta atau acara tertentu, termasuk tidak mengumbar identitas atau nomor telepon secara membabi buta.

Foto oleh Kindel Media dari Pexels

3. Ajari untuk tidak membagikan apa pun di media sosial yang mereka tidak ingin kelak guru mereka, pewawancara penerimaan berkas ke universitas atau ke perusahaan tempat melamar pekerjaan, di masa depan untuk melihat ‘kelakukan’ anak-anak melalui media sosial yang memperlihatkan ketidakpantasan di masa lalu.

4. Gunakan pengaturan privasi. Pastikan mereka paham, bahwa kata sandi penting demi melindungi dan terhindar dari pencurian identitas. Jangan membagikan sembarangan, bahkan kepada teman terdekat sekalipun. Tetap ingatkan tidak “berteman” dengan orang asing, apalagi sama sekali tidak dikenal. Ini aturan praktis, sederhana dan aman.

Baca juga: Saatnya Menyampaikan Pendidikan Seks Pada Anak

5. Berkomunikasi intensif dengan anak. Pertimbangkan membuat perjanjian tentang pemanfaatan media sosial. Semacam kontrak, bahwa anak-anak setuju untuk melindungi privasi sendiri, mempertimbangkan reputasi. Juga berjanji tidak menggunakan media dan teknologi untuk menyakiti orang lain melalui intimidasi atau gosip. Menjauhi penyebaran berita bohong, ujaran kebencian dan perundungan. Lalu perjanjian ini ditandatangani oleh anak dan orangtua sebagai sosial kontrol.

6. Kita sebagai orangtua setuju menghormati privasi anak-anak sambil berusaha menjadi bagian dari dunia media sosial. Artinya, kita “berteman” dan mengamati mereka. Jangan sekali-kali memposting komentar atau kata kasar memalukan tentang kebiasaan anak-anak di rumah. Tak perlu pula membuka “aib” tentang kamar anak-anak yang sering jorok dan berantakan.

7. Orang tua juga dapat membantu menjaga anak-anak tetap membumi di dunia nyata dengan membatasi penggunaan media. Letakkan komputer di tempat terbuka di rumah. Jangan buat tempat laptop dan smartphone di kamar tidur. Tetapkan beberapa aturan penggunaan teknologi (misalnya tidak ada perangkat komunikasi di meja makan).

8. Beri contoh baik melalui perilaku virtual kita sendiri sehingga membantu anak-anak menggunakan media sosial secara tertib dan bertanggung jawab. Selama kita dapat meletakkan pemahaman bagaimana penggunaan perangkat komunikasi yang produktif, termasuk menjadi “hamba” dari media sosial tidak menjadi masalah. Melalui media sosial kita bisa memperoleh aneka pelajaran bermanfaat.

Kembali ke titik awal. Cemas sih boleh saja. Tetapi, harus tetap waras. Jangan karena ada sisi negatif media sosial lantas dengan serta merta kita “mengharamkan” memanfaatkannya. Sepanjang menanamkan pemahaman secara bersama, sejatinya anak-anak akan mampu menjaga diri dari potensi atau dampak negatif media sosial.

Begin with trust, end with the commitment.
Apa maknanya? Jika dalam menggunakan media sosial kemudian kita tidak belajar, tidak bahagia, tidak terinspirasi, tidak termotivasi, juga tidak berjejaring, artinya kita sungguh sudah salah kaprah dalam penggunaan.

Jangan lupa, yang Anda bagikan dan bagaimana merespons komentar di media sosial menunjukkan gambaran utuh Anda sesungguhnya. Mari tampilkan sisi bijak jati diri kita dalam setiap kesempatan!

Maximus Gorky Sembiring adalah seorang pegiat pembelajaran
sepanjang hayat & praktisi pendidikan jarak jauh serta guru
besar Manajemen Pendidikan Jarak Jauh di Universitas Terbuka.

Foto utama oleh Monstera dari Pexels



Parents Guide
Parents Guidehttp://www.burhanabe.com
Info seputar parenting, mulai dari kehamilan, tumbuh kembang bayi dan anak, serta hubungan suami istri, ditujukan untuk pasangan muda.

Related Posts

Comments

Stay Connected

0FansLike
400FollowersFollow
8,385FollowersFollow

Recent Stories