Hidup Bersahaja, Dekat dengan Alam Bersama Suku Baduy Dalam

Mungkin tidak pernah terbayangkan jika di tanah Jawa masih ada sekelompok orang atau suku yang masih terisolir dari dunia luar. Tak ada listrik, tak ada alat komunikasi, sekelompok orang ini hidup secara bersahaja bersanding dengan alam.

Berjarak sekitar 172 Kilometer ke arah barat dari Ibukota Jakarta. Tak terlalu jauh, jaraknya hampir sama dengan perjalanan menuju Kota Cirebon namun perbedaannya sangat mencolok. Adalah Suku Baduy atau Orang Kanekes yang merupakan suku asli masyarakat Banten. Sekitar 65 Kilometer sebelah Selatan Kota Serang, masyarakat Baduy tinggal di Kecamatan Leuwidamar di sekitar aliran sungai Ciujung dan Cikanekes di Pegunungan Keundang.

Suku Baduy tidak menggunakan alas kaki

Suku Baduy sendiri terbagi menjadi 2 kelompok, Baduy Luar dan Baduy Dalam. Keduanya sangat terbuka untuk menerima kunjungan dari orang luar walaupun menurut kabar, awalnya Baduy Dalam masih tertutup untuk pengunjung namun kini justru banyak orang memilih untuk berkunjung dan merasakan cara hidup Suku Baduy Dalam. Hanya saja, Baduy Dalam masih menolak kedatangan wisatawan asing. Wisatawan asing hanya bisa masuk di Baduy Luar hingga ke jembatan perbatasan Baduy Dalam.

Lalu apa perbedaan antara Baduy Luar dan Baduy Dalam?

Baduy Luar memiliki sekitar 28 kampung yang mengelilingi Baduy Dalam. Mereka menggunakan pakaian berwarna hitam dengan ikat kepala berwarna biru. Baduy Luar sudah terbuka dengan teknologi walaupun banyak dari mereka juga belum menggunakan listrik. Hanya kampung-kampung terluar yang sudah masuk listrik dan sinyal telekomunikasi karena berbatasan langsung dengan masyarakat Lebak-Banten. Masyarakat Baduy Luar juga sudah mengenal bangku sekolah. Wanita di Baduy Luar memiliki kemampuan menenun dengan hasil yang bisa diperjualbelikan. Mereka biasanya menenun di beranda rumahnya sehingga rumah Baduy Luar memiliki beranda yang cukup luas.

Related Posts

Comments

Stay Connected

0FansLike
400FollowersFollow
8,385FollowersFollow

Recent Stories