Campak Kembali Merebak, Kita Harus Apa?

“Selama tahun 2022, terdapat 3.341 laporan kasus campak yang tersebar di 223 kabupaten/kota.”

Kolom dr. Laksmita Dwana, S.S

Campak merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi Paramyxovirus yang sangat menular, terutama melalui udara. Campak dapat menjadi masalah serius untuk semua kelompok umur, tetapi anak berusia di bawah 5 tahun dan dewasa berusia di atas 20 tahun lebih sering mengalami komplikasi, seperti infeksi telinga yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingga diare.

dr. Prima Yosephine, MKM, Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan, mengatakan bahwa campak akan sangat berbahaya jika terjadi komplikasi, mulai dari diare berat hingga kematian. Beberapa di antaranya dapat mengalami komplikasi berat berupa pneumonia yang merupakan penyebab kematian tersering akibat campak, juga ensefalitis yang dapat berakhir pada kematian.

“Komplikasi campak ini umumnya berat. Kalau campak menginfeksi anak yang mengalami gizi buruk, maka anak ini bisa mengalami komplikasi seperti diare berat, pneumonia, radang paru, rada otak, maupun infeksi di selaput mata yang menimbulkan kebutaan. Inilah yang kita khawatirkan,” ujar dr. Yosephine pada konferensi pers perkembangan kasus campak, Jumat (20/1).

Faktanya, pencegahan campak hanya bisa diperoleh dari imunisasi, sehingga pemberian imunisasi sesuai jadwal harus dilakukan agar anak-anak terhindar dari campak. Keadaan di Indonesia selama 2-3 tahun terakhir sejak pandemi Covid-19 memberi implikasi yang tidak baik terhadap cakupan imunisasi.

Terlihat adanya penurunan cakupan imunisasi secara signifikan akibat melandanya pandemi Covid-19 yang menyebabkan banyak anak-anak yang tidak mendapatkan imunisasi sesuai dengan jadwalnya. 

Dan kini, sepanjang tahun 2022, terdapat 12 provinsi yang mengeluarkan pernyataan Kejadian Luar Biasa (KLB); dimana suatu daerah dapat disebut mengalami KLB apabila memiliki minimal dua kasus campak di daerah tersebut yang sudah terkonfirmasi secara laboratorium dan kasus ini memiliki hubungan secara epidemiologis. Meskipun sudah ada 12 provinsi yang menyatakan KLB, perlu dipahami bahwa kasus campak suda ditemukan di 31 provinsi di Indonesia.

Dengan adanya fakta terkait campak yang kian merebak, berikut adalah hal-hal yang sekiranya Moms and Pops perlu ketahui!

Apa saja gejala campak?

  1. Demam (> 38oC) selama tiga hari atau lebih, dan berakhir setelah 4-7 hari. Demam tinggi dapat terjadi 10-12 hari setelah tertular. Demam disertai dengan batuk, pilek, mata merah atau mata berair. Gejala ini dikenal sebagai 3C, yaitu cough, coryza, conjunctivitis.
  2. Ditemukan adanya Koplik’s spot atau bercak putih keabuan dengan dasar merah di pipi bagan dalam.
  3. Terdapat ruam makulopapular pada muka, leher, dimulai dari bagian belakang telinga yang menyebar hingga seluruh tubuh. Ruam ini akan bertahan selama 3 hari atau lebih pada kisaran hari ke-4 hingga hari ke-7 demam. Ruam muncul saat demam mencapai puncaknya dan berakhir dalam 5-6 hari, kemudian berubah warna menjadi seperti tembaga atau kehitaman.

Apa yang harus Moms and Pops lakukan?

Hingga saat ini, masih belum ada obat antivirus khusus campak. Tetapi, komplikasi berat akibat campak dapat dicegah melalui tindakan suportif dengan memastikan asupan nutrisi dan cairan yang diterima anak adekuat, serta mengatasi dehidrasi apabila terjadi demikian. Pengobatan antibiotik hanya dierikan apabila dicuriai terdapat infeksi akterial sekunder, atau terdapat penyulit seperti radang telinga tengah dan pneumonia.

Parents Guide
Parents Guidehttp://www.burhanabe.com
Info seputar parenting, mulai dari kehamilan, tumbuh kembang bayi dan anak, serta hubungan suami istri, ditujukan untuk pasangan muda.

Related Posts

Comments

Stay Connected

0FansLike
400FollowersFollow
8,385FollowersFollow

Recent Stories