Mengasuh Tanpa Misuh

Menyadari itu titipan, sebagai orang terpilih tempat dititipkan, selayaknya aku menjaga. Mulailah pola mengasuh perlahan beralih, semacam koreksi dari pola negatif ke arah positif.

Kembali lagi, atas nama cinta aku selalu ingin melindungi bahkan secara berlebihan.

Saat itu aku merasa ibu terhebat karena selalu melindungi sampai melihat betapa tidak nyaman mereka. Meski berat dan tetap was-was mulailah mengubah dengan cukup mengawasi sesuai tempat dan porsi.

Pasti banyak orangtua berusaha membentuk anak sesuai keinginan sendiri karena merasa sudah hidup lebih lama, lebih tahu mana yang terbaik sehingga memaksa anak wajib nurut. Aku pun demikian sampai lelah sendiri, akhirnya memutuskan mengasuh dengan cara membantu anak menjadi dirinya sendiri. Mengubah kegiatan yang semula mengontrol di mana sesungguhnya menjengkelkan mereka, menjadi membimbing saja.

Segala tuntutan agar anak melakukan apapun secara sempurna dan benar, perlahan kuganti dengan lebih mengajak mereka mengambil pelajaran dari kejadian atau perbuatan bahkan kegagalan yang diperbuat. Bukan menunjukkan kekuasaan, sambil misuh-misuh: “Tuh kan! Rasain sendiri! Apa ibu bilang! Makanya nurut! Ibu kan lebih tahu!”

Baca juga: Bayi Tumbuh Gigi Pertama? 7 Hal yang Harus Dilakukan Orang Tua!

Wuiih, ini selain bikin anak menciut takut, juga mereka akan berhenti mencoba. Sebaiknya, apapun hasil yang tampak, tetaplah menghargai dan dukung demi perbaikan.

Begitupun bilamana anak terjebak masalah, tak perlu segera menyelesaikan masalah itu hanya karena tidak ingin dia mendapat kesulitan. Apalagi atas dasar kasihan. Inilah saatnya beri pengertian bahwa bersalah hingga menimbulkan masalah juga bagian dari pelajaran hidup. Nah, rasa takut dan kuatir berlebihan sehingga menyebabkan perlindungan berlebihan tadi bisa berganti jadi menaruh kepercayaan dan keyakinan pada mereka.

Tja, menerapkan pola mengasuh tanpa misuh, memang tidak semudah aku menuliskannya. Pasti ada proses naik turun bahkan konsistensi yang boleh dipertanyakan. Tapi ya.., setidaknya membiasakan ini semua jadi keseharian akan mempermudah.

Selanjutnya bisa masuk ke dunia anak tanpa selalu memakai kaca mata orangtua yang sudah minus pula. Buram jadinya.

Warisan terbesar orangtua yang tak pernah habis, juga nggak bakal jadi pertikaian diantara ahli waris adalah ajaran hidup yang baik. Semua pasti kebagian asal mau mengambil bagian. #kataitasembiringlhoya

Ita Sembiring adalah Pemimpin Redaksi parenstguide.co, sekaligus produser dan penulis serta pembicara publik

Related Posts

Comments

Stay Connected

0FansLike
400FollowersFollow
8,385FollowersFollow

Recent Stories