Mengintip 3 Faktor Pembentuk Dinamika Keluarga

Moms and Pops, keluarga yang kokoh dibangun dari interaksi yang sehat antara anggotanya. Salah satu cara mengukurnya dapat dengan memperhatikan 3 kunci utama hasil penelitian dari Model Circumplex Olson, sebuah metode yang banyak digunakan para ahli terapis keluarga dan cukup baik diterapkan kepada hubungan antara orang tua dan anak, yaitu:

  1. Kohesivitas. Kata ini bisa disederhanakan menjadi kebersamaan, yaitu ikatan emosional antara anggota keluarga. Akan tetapi, tetapi bukan berarti semakin erat justru semakin baik, Moms and Pops, karena di sini termasuk juga di dalamnya “me time” atau waktu dan ruang untuk diri sendiri, tidak hanya bagi orang tua tetapi juga bagi si kecil apa lagi kalau sudah sekolah. Si kecil akan butuh waktu sendiri untuk pertemanan dengan orang di luar rumah, belajar mengambil keputusan serta menemukan hobi dan lain sebagainya.
Foto oleh fauxels dari Pexels

Kohesivitas yang ideal tidak rendah tetapi juga tidak tinggi. Kuncinya adalah keseimbangan. Jika kohesivitas rendah maka anggota keluarga akan sibuk dengan urusannya sendiri tanpa merasa terikat dengan anggota keluarga yang lain.

Membatalkan acara keluarga, sibuk main ponsel, menonton acara televisi yang disukai saja, dan lain sebagainya. Sementara itu, di lain sisi, bila terlalu tinggi kohesivitasnya maka bisa jadi berdampak pada kemandirian yang berkurang atau berketergantungan, khususnya pada anak-anak.

  1. Fleksibilitas. Fleksibilitas keluarga adalah dinamika kepemimpinan, korelasi peran dan korelasi peraturan antara anggota keluarga. Tujuan utamanya adalah mencapai kesimbangan antara stabilitas versus perubahan atau antara aturan versus kebijakan kontekstual. Tingkatannya yang paling rendah adalah rigid atau kaku, structured atau berstruktur, fleksibel dan chaotic atau kacau-balau.

Lagi-lagi, Moms and Pops, yang disasar adalah di tengah, jangan terlalu kaku tetapi juga jangan sampai chaos. Si kecil butuh rutinitas, aturan dan juga sudah dapat muali diajari tanggung-jawab, tetapi ada baiknya ia juga paham bahwa ia punya hak untuk mengekspresikan dirinya, bernegosiasi, atau menjelaskan dirinya selama disampaikan dengan cara yang baik. Keluarga yang fleksibilitasnya terlalu rendah akan bersifat otoriter tanpa ada pengecualian. Sementara keluarga yang fleksibilitasnya tinggi pada tingkat chaos akan sulit membangun rutinitas, peraturan sering berubah dan tanggung-jawab kerap berpindah tangan tanpa sebab jelas karena banyak keputusan yang diambil didasari atas sesuatu yang impulsif.

Baca juga: Selaraskan Pola Didik Ibu dan Ayah agar Seirama dan Konsisten

  1. Komunikasi. Faktor ketiga ini adalah yang paling krusial karena fungsinya sebagai fasilitator bagi kedua faktor di atas tadi: Kohesivitas dan Fleksibilitas dapat dijaga keseimbangannya dengan pola komunikasi yang sehat antara anggota keluarga dan hal ini hanya dapat dicapai dengan mengembangkan keahlian dalam berbicara, mendengar, mengikuti arah pembicaraan dan saling menghargai.
Foto oleh NEOSiAM 2021 dari Pexels

Related Posts

Comments

Stay Connected

0FansLike
400FollowersFollow
8,385FollowersFollow

Recent Stories