Optimalkan Perkembangan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Bisa Cegah Stunting

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) kembali menggelar Webinar seri ke-6 dengan tema Upaya Bagaimana Cegah Stunting Pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).

Turut hadir sebagai pembicara Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) BKKBN Nopian Andusti, S.E., M.T, Program Manager Kesehatan dan CSR Astra Yogi Lasril, dan Ketua Ikatan Psikologi Perkembangan Indonesia (HIMPSI). Dr. Wiwin Hendriani, S.Psi, M.Si.

Dalam sambutannya Deputi KSPK Nopian Andusti mengatakan, kelas pengasuhan atau sesi peningkatan kapasitas keluarga merupakan salah satu layanan di masyarakat yang efektif dalam mewujudkan perubahan perilaku di tingkat keluarga.

Baca juga: Berperan Penting dalam Pembelajaran PAUD, Kemendikbud Gelar Diklat Mendongeng

Melalui kegiatan Bina Keluarga Balita dan Anak, Program Bangga Kencana yang diyakini oleh Nopian sangat strategis untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan orang tua, dan anggota keluarga lainnya yang memiliki balita dalam membina tumbuh kembang balita terutama pada seribu Hari Pertama Kehidupan (HPK)

“Seribu Hari Pertama Kehidupan (HPK) adalah pondasi utama apakah anak-anak ini nanti akan menjadi anak yang berkualitas atau sebaliknya, maka sangat tergantung di seribu HPK. Sehingga, seribu HPK ini sering disebutkan sebagai Fase Keemasan seorang anak manusia,” kata Nopian dalam sambutannya.

Seribu HPK sendiri, kata Nopian, dimulai sejak awal konsepsi atau selama 270 hari masa kehamilan serta 730 hari setelah lahir (hingga anak berusia 2 tahun).

Sementara itu Program Manager Kesehatan dan CSR Astra Yogi Lasril menambahkan, Program Intervensi Gizi dan Penurunan Stunting di Wilayah Prioritas yang dilaksanakan oleh pihaknya terdapat edukasi terkait kesehatan gizi, reproduksi remaja, anemia pada remaja putri, intervensi untuk ibu hamil, dan sekolah keluarga balita, pendampingan posyandu, pendampingan kader avicenna atau kader posyandu, pemberian PMT, dan juga di Posyandu.



“Saat ini, Kita juga telah melakukan program intervensi stunting, dan yang paling besar mungkin di kab. Rote salah satu barometer nasional stunting Indonesia. Untuk data 2021 sudah ada 22 desa di 11 kabupaten, tapi di tahun 2022 yang sedang berjalan kita ada 34 desa di 17 kabupaten,” ujar Yogi.

Sementara itu Ketua Ikatan Psikologi Perkembangan Indonesia (HIMPSI) Dr. Wiwin Hendriani, S.Psi, M.Si menambahkan, stunting tidak hanya persoalan fisik saja, tetapi soal tumbuh jangka panjang yang bisa berkembang ke aspek-aspek hidup.

Baca juga: Dibuang Sayang: Melayani dengan Hati

Wiwin menambahkan, ketika Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang mengalami stunting, optimalisasi perkembangan akan sulit tercapai.

“Sebenarnya secara konseptual ABK masih bisa di optimalkan perkembangannya, dengan menyadari ketika yang terhambat itu hanya 1 aspek kekhususan, sementara aspek yang lain baik maka anak ini masih bisa di optimalkan dengan kapasitasnya masing-masing,” ucap Wiwin.

Foto utama oleh Pavol Stugel dari Unsplash

Parents Guide
Parents Guidehttp://www.burhanabe.com
Info seputar parenting, mulai dari kehamilan, tumbuh kembang bayi dan anak, serta hubungan suami istri, ditujukan untuk pasangan muda.

Related Posts

Comments

Stay Connected

0FansLike
400FollowersFollow
8,385FollowersFollow

Recent Stories