Pemenuhan Impian: Kisah-Kisah Anak Penderita Kanker

Oleh Dr. Edi Setiawan Tehuteru, Sp.A(K), MHA

Di Indonesia pernah ada yayasan yang bernama “Last Wish Foundation”. Yayasan ini berusaha memenuhi keinginan terakhir dari pasien-pasien dengan penyakit kronis menjelang akhir kehidupannya.

Bagi saya, penyakit kronis yang dimaksud tentunya adalah kanker. Lebih khusus lagi adalah kanker pada anak. Sama dengan pasien dewasa, anak-anak yang terkena kanker dan sudah dalam tahap terminal, juga memiliki keinginan terakhir menjelang akhir hidupnya.

Akan tetapi, sejujurnya, saya kurang setuju dengan istilah keinginan terakhir. Pengalaman saya dengan anak-anak ini, setelah mereka mendapatkan keinginan terakhirnya, menyusul keinginan terakhir yang kedua, ketiga dan seterusnya. Jika keadaannya seperti ini, bukan keinginan terakhir lagi namanya. Saya lebih senang dengan menyebutnya sebagai Pemenuhan Impian.

Pemenuhan impian yang umum diminta anak-anak menjelang akhir hidupnya adalah ingin pulang. Bagi saya, kalimat ingin pulang adalah pertanda bahwa anak ini sebentar lagi memang akan pulang ke rumahnya yang abadi. Sikap saya menghadapi hal ini adalah dengan mendiskusikannya bersama orang tua.

Baca juga: Balita dan Layar Kaca – Mengapa dan Bagaimana Efeknya?

Bila sekiranya orang tua yang bersangkutan termasuk kelompok yang realistis, maka saya akan meminta mereka untuk membawanya pulang si buah hati dengan mempersiapkan segala sesuatunya yang mungkin terjadi selama di rumah. Intinya adalah, jika memang waktunya Tuhan terjadi saat anak berada di rumah, biarlah ia meninggalkan dunia ini secara bermartabat di tempat yang memang dia inginkan untuk terakhir kalinya, yaitu di rumah, di tengah orang-orang yang mencintai dan dicintainya. 

Bagi orang tua yang termasuk dalam kelompok maksimalis atau non realistis, biasanya saya akan sampaikan kepada mereka agar anaknya istirahat dulu di rumah sebelum menghadapi proses pengobatan selanjutnya. Saat anaknya sudah siap menjalani pengobatan lagi, orang tua dapat membawa anaknya kembali ke rumah sakit.

Apa yang saya sampaikan ini dapat menenangkan hati orang tua dan tentunya menyenangkan hati sang anak karena dia diperbolehkan pulang. Saya juga memberikan nomor telepon genggam saya agar orang tua dapat menghubungi kapan saja diperlukan. Ketika waktu Tuhan tiba saat anak masih berada di rumah, melalui hubungan telepon, saya tentunya akan memotivasi agar orang tua dapat melepaskan kepergian anaknya dari rumah saja, sesuai dengan keinginan anak.

Hal yang menjadi tantangan dan butuh perjuangan adalah ketika kita mau memberikan pemenuhan impian yang khusus, yang diminta anak-anak.

Foto oleh Ben Mack dari Pexels

Related Posts

Comments

Stay Connected

0FansLike
400FollowersFollow
8,385FollowersFollow

Recent Stories