Perjuangan Orang tua Mencari Kesembuhan bagi Anaknya yang Terkena Kanker

Oleh Dr. Edi Setiawan Tehuteru, Sp.A(K), MHA

Selalu saya katakan bahwa orang tua mana yang ingin anaknya sakit. Kalaupun anaknya sakit, mereka pasti mau berjuang dan melakukan apa saja yang bisa mereka lakukan untuk kesembuhan anaknya.

Saya pernah mengetahui ada seorang pasien yang bernama Adzi. Anak ini terkena kanker darah atau lebih dikenal secara luas dengan istilah leukemia. Kemoterapi sudah dilaluinya sebanyak 2 kali, namun tidak membuahkan hasil yang diharapkan. Leukemianya kambuh dan kambuh lagi. Secara medis, tidak ada modalitas lain kecuali transplantasi. 

Sekalipun saat itu transplantasi belum dapat dilakukan, keluarga berusaha mencari uang untuk berobat ke luar negeri dan mencari donor yang cocok Human Leukocyte Antigen (HLA)-nya dengan Adzi. Mengingat Adzi anak tunggal dan tidak ada satupun anggota keluarga yang cocok HLA-nya, maka diputuskan agar ibu Adzi hamil lagi. Tujuannya adalah untuk mendapatkan sel punca dari tali pusat adiknya.

Baca juga: Terbang Pertama Kali Bareng Balita? Simak Apa Saja Yang Perlu Kita Siapkan!

Bersyukur Adzi dapat bertahan hingga sang adik lahir. Malangnya, setelah pemeriksaan HLA dilakukan terhadap darah adiknya yang baru lahir, hasilnya ternyata tidak menunjukkan kecocokan. Keluarga tentunya sedih karena satu-satunya jalan yang tersedia tidak dapat terlaksana. 

Terlepas dari semua yang terjadi, kita dapat melihat betapa besar perjuangan ibu. Ia rela untuk hamil lagi dan melahirkan seorang bayi demi kesembuhan anak sulungnya, Adzi.

Ada juga seorang anak, kali ini seorang perempuan yang bernama Ana. Perjalanan penyakitnya sama dengan Adzi, yaitu 2 kali kemoterapi, namun tidak membuahkan hasil yang menggembirakan. Satu-satunya jalan agar Ana sembuh hanyalah transplantasi. 

Keluarga mulai melakukan pemeriksaan HLA. Hasilnya sama juga dengan cerita Adzi, tidak ada yang cocok. Namun, sementara keluarga sedang sibuk-sibuknya periksa HLA, saya membaca tentang suatu metode pengobatan imunoterapi  yang bernama Chimeric Antigen Receptor T Cell Therapy (CAR-T Cell Therapy). Beruntung saya mendapatkan kontak dari seorang dokter di Malaysia yang melakukan teknik pengobatan ini. 

Foto oleh Pixabay dari Pexels

Penjelasan yang sederhana mengenai metode ini adalah sel T yang diambil dari darah putih pasien direkayasa secara genetik di laboratorium. Sel T tersebut ceritanya ditempelkan dengan bom bunuh diri. Setelah proses penempelan selesai, sel tersebut dimasukkan kembali ke dalam tubuh pasien. Di dalam tubuh pasien, sel T yang sudah terpasang bom bunuh diri akan beredar dan menangkap sel-sel leukemia yang ada. Saat sel T berhasil menangkap sel leukemia, maka bom bunuh diri akan meledak menghancurkan dirinya sendiri dan sel leukemia yang ditangkapnya.

Mengingat transplantasi sepertinya masih lama, bahkan belum pasti apakah dapat dilakukan dalam waktu dekat mengingat belum ada donor yang cocok, maka saya mengusulkan metode ini kepada orang tua. Orang tua tentunya sangat senang karena paling tidak ada usaha yang dapat dilakukan untuk menyembuhkan anak mereka. Setelah mereka setuju, baru saya panggil sejawat dari Malaysia untuk datang ke Jakarta. 

Segala sesuatunya dijelaskan kepada orang tua, termasuk biayanya. Hal lainnya yg dijelaskan kepada keluarga adalah karena saat itu di Indonesia belum ada laboratorium yang dapat melakukan rekayasa genetik untuk maksud di atas, maka sel T pasien harus dibawa sendiri oleh keluarga ke Kuala Lumpur. 

Related Posts

Comments

Stay Connected

0FansLike
400FollowersFollow
8,385FollowersFollow

Recent Stories