When The Children Cry

Selamat datang di rubrik Intips, inspirasi dan tips dari ita sembiring. Tempat berbagi seputar kisah rumah tangga dan bagaimana menyikapi. Semua boleh ikut berbagi kisah di kolom komentar dan menceritakan hasilnya. Setiap orang tentu bisa jadi inspirasi dan pemberi tips buat sekitar kita. 

Meneteskan air mata

Bukan pertanda kelemahan

Bisa jadi hanya sebuah ekspresi rasa

Dari sesuatu yang tak tertahankan

“Jangan menangis! Air mata tidak akan menyelesaikan masalahmu!” Kalimat ini kerap aku ucapkan bahkan kadang dengan suara tinggi, bila putriku yang beranjak remaja sesenggukan berderai air mata. Entah akibat beda pendapat denganku, ayahnya, kakak, teman atau segala persoalan orang muda.

Apapun pemicunya, selalu kuhentikan paksa tangisnya sambil ngomel: “Jadilah pribadi tegar. Jangan rapuh! Hidup ini berat, di luar sana akan bertemu lebih banyak lagi persoalan.“

Selalu begitu! Seakan menangis itu tabu, terkesan cengeng, sehingga dengan paksa aku selalu menghentikan tangisnya.

Kerap kali dengan wajah tertekan juga takut lihat parasku mengeras, susah payah dia menghentikan tangis. Dengan pilu menghapus air mata tersisa. Dan aku tidak iba melihatnya karena aku merasa perlu melatihnya menjadi perempuan tegar.

Seiring  usia memasuki remaja dengan problematika tersendiri para kaum muda, jadi lebih sering langsung masuk kamar, menyendiri dan makin sesenggukan. Atau berbaring menghadap tembok dengan kepala ditutupi bantal. Pokoknya menjauh dariku.

Adegan berikutnya, aku akan menggedor pintu kamar. Dengan suara makin tinggi, sekali lagi meminta berhenti menangis. Bisa dipastikan suasana rumah bakal kering untuk waktu yang tidak bisa ditentukan. Tergantung ayunan suasana hati hingga ada penyelesaian.

Related Posts

Comments

Stay Connected

0FansLike
400FollowersFollow
8,385FollowersFollow

Recent Stories