3 Ritual Menumbuhkan Kebiasaan Baik bagi Anak Mendahului Masa Depan

Banyak pendekatan disarankan dan di bawah ini adalah beberapa butir dari sekian banyak kemungkinan. Pakailah ini sebagai inspirasi untuk dielaborasi lebih lanjut.

a. Beri pelukan hangat penuh kasih ketika anak-anak akan melakukan kegiatan di luar rumah. Ke sekolah atau sekedar sekitar rumah. Selalu beri penguatan dalam bersalaman, pelukan atau ciuman sayang.

b. Sambut dan tunjukkan sikap ceria Ketika anak-anak memasuki rumah sekembali dari kegiatan. Memberi penguatan saat memulai, begitupun mengakhiri kegiatan membuat mereka merasa mendapat afirmasi sehingga merasa selalu mendapat dukungan secara fisikal dan emosinal.

Baca juga: Mom, Pops… Si Kecil Sembelit! Kenali Penyebab dan Cara Mengatasinya

c. Dengan cara lembut, tanyakan terkait pengalaman membahagiakan yang mereka dapatkan hari itu. Minta anak-anak menceriterakan dan membagikan pengalaman. Tugas orangtua mendengar seksama, lalu memberi penguatan dan akhrinya secara alami sikap positif secara berangsur tertanam dalam sanubarinya.

d. Sesekali baik juga memberi kesempatan anak-anak melakukan perenungan tentang yang mereka pikirkan untuk pertumbuhannya. Lalu minta hasil perenungan itu yang tentu saja sesuai usia dan perkembangan jiwa mereka. Di titik tertentu, baik bagi orang tua memberi penekanan dan penguatan atas hal-hal yang perlu mereka pikirkan untuk dilakukan sungguh-sungguh.

e. Jika memungkinkan, perlu mengajak anak-anak, misalnya satu atau dua kali dalam setahun untuk pelayanan pada sesama. Semisal mengunjungi asrama yatim piatu atau anak berkebutuhan khusus, panti werda yang dihuni para lansia. Beginilah cara menanamkan secara alamiah bagaimana kebaikan yang dilakukan sejak belia akan melahirkan sikap positif terlebih dalam menapaki hidup.

Ketiga ritual baik di atas, dengan uraian kegiatan bagaimana mencapai dan mewujdkannya, merupakan cara sederhana. Sebab dapat dilakukan melalui kegiatan di rumah, tapi yang penting secara teratur dan berkelanjutan. Ingat juga melakukan variasi dalam memilih dan melakukan kegiatan untuk menghindari kejenuhan.

Refleksi: Untuk apa sesungguhnya mengupayakan tiga ritual baik tersebut? Bukankan cukup mengandalkan yang didapat dari sekolah? Apalagi mereka juga mampu memanfaatkan media teknologi informasi dan komunikasi guna mempelajari dan melakukan upaya memperoleh kebaikan hal tersebut?

Secara kognitif mungkin jawabannya: Ya!
Anak-anak dapat saja belajar tentang melahirkan rasa saling terhubung dengan sesama anggota keluarga. Juga mendapatkan pelajaran dan pengalaman memupuk tanggung jawab serta mengembangkan sikap positip juga kebaikan melalui media yang banyak tersedia. Secara pengetahuan, sekali lagi jawabannya: Ya!

Cukuplah? Tidak, belum cukup!

Belajar guna melahirkan rasa saling terhubung, memupuk rasa tanggung jawab serta mengembangkan sikap positif dan kebaikan harus sampai pada sikap dan tindakan. Di titik ini, “sekedar belajar” tidak memadai. Harus ada sentuhan berbeda hingga ke rasa dan perasaan anak-anak. Menyentuhnya tidak cukup hanya dengan “pelajaran” melalui buku, mendengar audio atau menyaksikan video.

Menyentuh hati, juga harus dengan hati! Itu yang tidak ada dalam “pelajaran” semata melalui bahan bacaan, sekalipun audio-video.

Selain itu, menanamkan, memupuk dan mengembangkan rasa saling terhubung, tanggung jawab dan sikap positif demi kebaikan tidak akan mewujud bila tidak dilakukan secara teratur dan berkesinambungan. Konsistensi menjadi keniscayaan.

Keseriusan kegigihan memelihara proses penanaman, pemupukan dan pengembangan tersebutlah membuat upaya ini mewujud secara alami. Di atas semua itu, lahir karena kesadaran dan kebutuhan anak-anak. Bukan karena dorongan eksternal.

Ibarat sebutir telur, pecah karena paksaan dari luar, menghentikan kehidupan. Menghentikan kesinambungan. Justru telur yang pecah karena dorongan dari dalam, melahirkan kehidupan. Melanjutkan kesinambungan.

Adalah penting melakukan stimulasi dan motivasi agar dorongan bagi anak-anak selalu datang dari dalam diri mereka sendiri. Di titik ini, bilamana kelak kita tidak terlalu dekat secara fisik, mereka akan selalu ingat, bahwa menanamkan rasa saling terhubung itu baik sebagai modal hidup damai.

Baca juga: Memperkenalkan Anak Kepada Aktivitas Berenang: Cara dan Manfaatnya!

Menanamkan rasa tanggung jawab baik sebagai amunisi menghadapi dinamika kehidupan. Mengembangkan sikap positif demi kebaikan, merupakan jembatan menuju keberhasilan dan keagungan.

Pada gilirannya, sebagai ultima, ritual dikembangkan dan dilakukan sebagai wahana menghubungkan serta memanfaatkan energi dalam diri manusia. Keterhubungan yang menyatukan sehingga sejalan dengan tatanan dan tuntutan semesta. Ritual kecil dalam kehidupan dapat mengubah hari biasa menjadi hari luar biasa, penuh makna!

Ritual sejati memelihara dan dipelihara oleh hubungan yang menghubungkan. Pada gilirannya, membuat kita senantiasa bergerak, juga tergerak.

Maximus Gorky Sembiring adalah seorang pegiat pembelajaran
sepanjang hayat & praktisi pendidikan jarak jauh serta guru
besar Manajemen Pendidikan Jarak Jauh di Universitas Terbuka.

Foto utama oleh Hobi Industri dari Unsplash

Parents Guide
Parents Guidehttp://www.burhanabe.com
Info seputar parenting, mulai dari kehamilan, tumbuh kembang bayi dan anak, serta hubungan suami istri, ditujukan untuk pasangan muda.

Related Posts

Comments

Stay Connected

0FansLike
400FollowersFollow
8,385FollowersFollow

Recent Stories