5 Tips Mendampingi Anak Menjadi Seperti yang Kita Doakan

KOLOM DIGITAL EDUCATION OLEH M. GORKY SEMBIRING

Anak-anak harus kenal dekat dengan lingkungan mereka berada. Semakin dalam pengenalan dan mengijinkan mereka mengambil resiko yang terukur, semakin cakap mereka belajar menjaga diri.

Muhasabah jadi berkecamuk di benak orangtua atas masa depan anak-anak. Jika “dibiarkan mengenal dan mengambil resiko” begitu saja, apa iya mereka mampu? Muhasabah yang cenderung menjadi kekhawatiran terkait membayangkan masa depannya di abad yang pasti dengan ketidakpastian.

Memiliki anak bagai melihat kehidupan para penghuni asrama. Tiap penghuni punya agenda, berbeda satu sama lain mulai dari jam tidur, juga cara bereaksi dan berinteraksi.
Ribetnya, banyak pekerjaan harus ditangani dalam waktu bersamaan, padahal seorang ibu hanya memiliki dua tangan.

Baca juga: Dampak Merokok dan Bayi Stunting: Bagaimana Hubungannya?

Indahnya, justru dari keadaan rumit ini bisa belajar banyak hal dari anak-anak. Terutama jadi sadar seberapa besar kesabaran yang tak boleh pudar. Seberapa banyak cinta, kasih dan sayang tanpa syarat harus tumpah dan tercurah untuk mereka.

Parenting Abad 21
Kelahiran teknologi membuat banyak sisi kehidupan lebih cepat bergerak dan mudah, termasuk dalam mengurus kepentingan pribadi. Sehingga kita boleh berharap jadi punya banyak waktu. Lebih santai.

Ternyata, sebaliknya terjadi. Kecepatan dan kepadatan tuntutan rutinitas serta pekerjaan meningkat tajam. Paradoks! Jadwal dan beban kerja semakin padat bahkan terasa berlebihan. Padahal, sebagai orangtua, perhatian dan kasih sayang pada anak: tetap, tak banyak berubah.

Ya, anak-anak era kini mahir mengoperasikan telepon pintar dan komputer bahkan sebelum mampu baca-tulis. Tetapi ingat, banyak kebutuhan psikologis-emosionalnya masih sama, sesuai kodrat anak-anak.

Orangtua wajib sadar, anak-anak kini jauh lebih melek teknologi dari keadaan 10-20 tahun lalu. Namun kebutuhan sosio-emosionalnya relatif sama. Justru di saat perkembangan teknologi sedahsyat ini, memaksa kita harus punya waktu serta perhatian lebih intens. Jika tidak, perkembangannya bakal lepas dari pantauan. Ini tidak baik!

Banyak kemajuan peradaban, namun dari generasi ke generasi, kebutuhan anak-anak tetap serupa, nyata dan mutlak, yakni kasih sayang dan perhatian tak berbatas. Kebutuhan akan rasa disayangi serta tebaran cinta tanpa syarat!

Foto oleh Christopher Luther-tu dari Unsplash

Jika ingin meningkatkan keterampilan mendampingi dan mengasuh anak di era serba cepat dan instan ini, tentunya ada keraguan. Mampukah kita? Tak jarang malah jadi tak percaya diri, lalu mempertanyakan, harus mulai dari mana, bagaimana caranya?

Bagus juga kita refleksi dari diri seorang anak. Minimal seorang anak memperlihatkan 3 hal, yaitu bagaimana: (1) Bahagia tanpa alasan, (2) Sibuk dan asyik atas sesuatu yang sedang ditekuni, dan (3) Menuntut sesuatu yang diinginkan sampai berhasil memperolehnya.

Demi menyederhanakan, mari perhatikan dan coba menggunakan lima besaran tips berikut. Kiranya dapat menjadi dasar mewujudkan anak-anak sesuai seperti yang kita doakan. Semoga kelima orientasi ini membantu kita mulus mendampingi dan mengasuh anak. Sekali lagi, agar menjadi seperti yang kita doakan.

1. Membangun Suasana Dialogis
Makan malam sekeluarga sesering mungkin sebagai wahana terbaik menyediakan ruang dialog terbuka serta rileks. Sekaligus tempat melatih keterampilan berkomunikasi efektif sebagai modal berharga mempelajari hidup dan kehidupan dari peristiwa di meja makan.

Letakkan ponsel. Ajukan pertanyaan bermakna. Meski sulit di awal, tetapi pasti bisa. Sehingga sepadan dengan pengorbanan anak-anak yang mau berdialog dengan kita.
Pelajari dan perhatikan bahasa cinta anak.

Baca juga: Menteri PPPA Ajak Kawal Implementasi UU TPKS

Gunakan bahasa yang sama. Kesetaraan bahasa berdialog memperlihatkan kasih sayang. Dapat berupa kata pembangkit semangat, juga tindakan melayani dengan kerendahan hati. Tulus berbagi waktu berharga. Atau, sentuhan kasih secara fisik, termasuk memberi pujian tulus atau hadiah yang pantas.

Fokus dalam berdialog adalah menghindari membandingkan antar-anak! Mereka sudah dan akan mendapatkan lebih dari cukup soal banding-membandingkan dari lingkungan. Jadi, jangan ada lagi peluang memperbandingkan anak-anak di rumah.

Pastikan bahwa dalam dialog anggota keluarga, nyata bahwa kita menghargai dan mencintai anak-anak. Di setiap kesempatan. Hidup dan kehidupan anak-anak sejatinya adalah hidup dan kehidupan kita yang sesungguhnya!

Parents Guide
Parents Guidehttp://www.burhanabe.com
Info seputar parenting, mulai dari kehamilan, tumbuh kembang bayi dan anak, serta hubungan suami istri, ditujukan untuk pasangan muda.

Related Posts

Comments

Stay Connected

0FansLike
400FollowersFollow
8,385FollowersFollow

Recent Stories