Berbekal Gadget, Kaum Muda Bisa Kampanyekan Pencegahan Kekerasan Terhadap Perempuan

“Kolaborasi” adalah kata kunci bagi setiap kerja-kerja Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) untuk memperjuangkan isu pencegahan kekerasan terhadap perempuan, isu kesetaraan gender serta isu-isu perempuan dan anak lainnya di Indonesia. Kelompok relawan muda adalah salah satu komunitas yang digandeng oleh Kemen PPPA untuk dapat terlibat dalam edukasi pencegahan kekerasan dengan menggunakan berbagai media termasuk platform digital.

“Rangkaian 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan tahun ini lebih menekankan pada komitmen bersama dari semua pihak bahwa penanganan kekerasan terhadap perempuan harus dilakukan bersama-sama secara serentak. Selain dengan pemerintah daerah, NGo dan stake holder lainnya kami juga banyak dibantu oleh para relawan, baik mereka bergerak secara kelompok atau relawan individu. Para relawan sudah membuktikan dirinya bahwa hanya dengan menggunakan gadget, mereka bisa ikut aktif melakukan kampanye dan edukasi pencegahan kekerasan. Setiap orang bisa menjadi relawan,” ujar Ratna Susianawati, Deputi Bidang Perlindungan Hak Perempuan Kemen PPPA, pada Talkshow dan Nonton Film Bersama dalam Aksi Pencegahan Kekerasan yang dilangsungkan di Galeri Radio Republik Indonesia di Jakarta, pada Sabtu (09/12).

Hasil penelitian Charities Aid Foundation (CAF) pada 2021 lalu mengungkapkan bahwa tingkat kerelaan di Indonesia tiga kali lipat lebih besar dibanding rata-rata tingkat kerelawanan dunia. Ratna optimis akan muncul relawan-relawan baru di kalangan generasi muda.

Baca juga: Pengin Bugar, Seru dan Sehat Sekeluarga? Ayo Jalan Kaki.

“Kami optimis akan muncul relawan-relawan baru khususnya generasi muda untuk membantu edukasi pencegahan kekerasan dan eksploitasi terhadap perempuan. Hasil penelitian Charities Aid Foundation (CAF) menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat di Indonesia itu sangat besar. Para relawan yang tergabung dalam banyak komunitas dan individu telah memberikan kontribusi besar. Dalam talkshow ini dikenalkan pula pengetahuan baru melindungi diri sendiri terlebih dahulu dari kekerasan berbasis gender di dunia maya dan bagaimana pengetahuan ini bisa kita tularkan ke sekeliling kita. Kesukarelaan penting untuk dipupuk sejak dini melalui pengembangan pola pikir,” tegas Ratna.

Ratna mengakui perjuangan untuk perempuan di Indonesia masih sangat panjang karena kuatnya relasi kuasa dan budaya patriarkhi masih mengakar kuat di masyarakat.

“Ada 2 (dua) isu utama yaitu pencegahan dari hulu untuk penanganan kekerasan yang marak di masyarakat dan upaya kampanye edukasi untuk mengubah cara berpikir masyarakat untuk tidak mendiamkan atau menganggap sepi jika ada kekerasan terhadap perempuan dan anak di sekeliling mereka. Masyarakat harus disadarkan bahwa kekerasan terhadap perempuan adalah isu penting dan bukan aib,” ucap Ratna.

Ida Ayu Prasasti, Program Director ICT Watch yang hadir sebagai narasumber mengungkapkan menjadi relawan tidak sulit, bisa melalui gadget masing-masing.

“Sebagian besar generasi muda memiliki gadget (mobile phone). Gunakan gadget untuk bisa mengkampanyekan isu kesetaraan gender dan anti kekerasan. Latih diri dan teman sebaya untuk berani berkata tidak dan “Say no excuse” di ruang digital. Saat kita tidak merasa nyaman dan aman di ranah digital berarti ada yang salah dengan hubungan kita dengan netizen. Jempol netizen dengan mudah bisa menghancurkan mental seseorang. Masyarakat harus tahu bahwa banyak aplikasi untuk bantu menangkal diri dari kekerasan di ranah digital. ICT Watch punya s.id/stopkbgo. Echo chamber di dunia digital bisa kita perbanyak dengan edukasi anti kekerasan,”ucap Ida.

Sementara itu, Oviani Fathul Jannah, Project manager Down to Zero ECPAT (END Child Prostitution, Child Pornography & Trafficking of Children for Sexual Purposes) menyatakan bahwa isu eksploitasi seksual pada anak penting untuk gencar digaungkan oleh relawan.

“Kami butuh teman-teman relawan muda untuk edukasi isu-isu ekploitasi seksual anak seperti prostitusi anak, perdagangan anak, eksploitasi di tempat pariwisata dan perkawinan anak. Anak-anak mulai usia 12 tahun sudah banyak menjadi korban eksploitasi seksual. Eksploitasi anak banyak dijalankan secara online. Ini sangat memprihatinkan. ECPAT memiliki divisi anak muda, yaitu Komunitas Orang Muda Anti Perdagangan Orang dan Eksploitasi Seksual Anak (KOMPAK) sehingga teman-teman relawan punya komunitas untuk bisa kampanye dan membantu korban,” tutur Oviana.

Talkshow juga menghadirkan aktivis komunitas relawan Cakra Abhipraya, Chintya Tengens yang berpesan agar setiap perempuan dan anak perempuan untuk berani bersuara.

“Kuncinya hanya satu yaitu berani bersuara. Saya pernah menerima komentar-komentar tidak layak di akun media sosial saya dan ternyata setelah saya lacak adalah pelajar SMP yang menggunakan akun palsu. Kalo saya sih saya balas ya, saya tidak bias mendiamkan saja dan menganggap nanti toh akan berlalu sendiri. Membalas di sini dalam artian menegur dan menyampaikan bahwa komentar tidak layak dan bahkan menampilkan visual vulgar itu bisa diadukan ke pihak berwajib,” ujar Cynthia.

Talkshow dalam rangka hari Relawan Internasional dan 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan diselenggarakan Kemen PPPA bersama organisasi masyarakat sipil ICT Watch dan ECPAT Indonesia (organisasi kerelawanan yang fokus pada pencegahan eksploitasi seksual pada anak). Kegiatan ini untuk mendukung relawan dalam mempromosikan kesetaraan gender dan penghapusan kekerasan terhadap perempuan di Indonesia.

Baca juga: Moms & Pops, Ada Kolaborasi Manis Akhir Tahun dari Converse X Wonka

“Relawan sangat membantu pemerintah untuk mengkampanyekan UU tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual. Kita berusaha merubah budaya negatif yang dianggap normal seperti siulan seksis atau pelecehan di media sosial. Hal ini bisa dikenakan pidana dalam UU TPKS dan bukan hanya sekedar UU ITE,”ucap Eni Widiyanti, Asisten Deputi Perlindungan Hak Perempuan Dalam Rumah Tangga dan Rentan Kemen PPPA.

Selain Talkshow juga dilakukan screening film Indonesia dengan tema isu kritis perempuan dan anak , yaitu isu human trafficking (Cerita Cibinong – sutradara Nia Dinata, isu sunat perempuan/P2GP (Pertaruhan (Untuk Apa?) – sutradara Iwan Setiawan, dan isu pernikahan dini (Elinah – sutradara Nindi Raras).

Foto utama oleh Jason Goodman dari Unsplash

Parents Guide
Parents Guidehttp://www.burhanabe.com
Info seputar parenting, mulai dari kehamilan, tumbuh kembang bayi dan anak, serta hubungan suami istri, ditujukan untuk pasangan muda.

Related Posts

Comments

Stay Connected

0FansLike
400FollowersFollow
8,385FollowersFollow

Recent Stories