2. Usia 18 bulan-3 Tahun
Pada masa ini, si kecil mengalami perkembangan yang sangat pesat dari segi fisik. Bayi akan memasuki fase duduk, merangkak, hingga akhirnya berdiri sendiri dan memulai langkah pertamanya. Ketika sistem otot dan syarafnya berkembang pesat, anak juga akan terdorong untuk memiliki keterampilan baru lainnya. Ia bahkan bersemangat untuk mengobservasi sekitar.
Perkembangan psikologi anak di masa ini mengharuskan Moms dan Pops memberikan bimbingan ekstra. Terutama ketika ia sedang menghadapi fase krisis otonomi dan keraguan untuk mandiri. Ketika Moms dan Pops terlalu membiarkannya, anak mungkin akan menghadapi banyak kesulitan. Tapi ketika Moms dan Pops terlalu mengontrolnya, anak akan merasa tidak berguna dan cenderung tidak percaya diri.
3. Usia 3-5 Tahun
Pada fase ini, balita akan lebih banyak berinisiatif, tapi juga harus mengelola perasaan bersalah. Pada tahap ini, anak akan mencoba melakukan berbagai kemungkinan, tapi jika tidak didukung, anak mungkin akan lebih sering merasa bersalah.
4. Usia 5-12 Tahun
Ini merupakan masa kanak-kanak akhir, di mana anak akan lebih berupaya untuk meningkatkan berbagai keterampilan dan pencapaian. Pada tahap ini, anak cenderung individualis, tapi Moms dan Pops tetap harus mengawal aktivitasnya agar ia tidak merasa inferior. Dukungan orang tua sangat penting, tapi jangan sampai mendominasi, apalagi hingga mengatur terlalu berlebihan lantas mematikan inisiatif dan kreativitas anak.
Baca juga Ini Suara Anak Indonesia dari Dialog Bersama Forum Anak
Setelah melewati usia 12 tahun, anak akan mulai memasuki masa remaja dengan perkembangan psikologi yang lebih kompleks. Ini merupakan masa transisi menuju dewasa yang dipenuhi dengan tantangan, perubahan yang signifikan dari bentuk fisik, serta stress. Pada kondisi apapun, Moms dan Pops harus bijak menyikapi berbagai gejolak, serta tetap memposisikan diri sebagai pendengar yang baik, serta tidak mudah menghakimi perilaku anak.
Foto utama dari Pexels.com
