Momen Hari Anak Nasional, Anak-Anak Pamerkan Lukisan Suarakan Perlawanan Terhadap Kekerasan Seksual di Ajang Speak Up

Sebanyak 55 karya seni dari seniman anak-anak sekitar Jabodetabek berusia antara 12-17 tahun dipertunjukkan dalam ajang pameran bertajuk Speak Up yang dihelat di Neha Hub, Jakarta Selatan selama sebulan sejak 22 Juli hingga 22 Agustus 2023, mengekspresikan kekerasan seksual terhadap anak, sebuah masalah besar yang semakin mengkhawatirkan dan menakutkan, menuntut semua pihak untuk bersama-sama menghentikannya.

Kurator pameran, Gie Sanjaya menyampaikan, “Hampir tiga tahun kami vakum dari seluruh kegiatan edukasi khususnya dikarenakan Covid-19 yang juga melanda seluruh dunia, kini kami kembali beraktivitas di tempat baru, berlokasi di Jakarta Selatan. Creativite sebagai sarana edukasi dan art space ingin mengajak khalayak untuk dapat berpartisipasi dalam perhelatan yang bertajuk “Speak Up” (Angkat Bicara) mengenai kekerasan seksual terhadap anak. Hal tersebut menjadi masalah yang mendesak di Indonesia karena angka yang terus bertambah di setiap tahunnya.”

Perhelatan ini diikuti oleh siswa-siswi, seniman cilik dan publik berusia 12-17 tahun area Jabodetabek. Usia tersebut ditentukan berdasarkan data dari KemenPPPA (Kementerian Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Republik Indonesia) dimana pada usia tersebut banyak anak yang mengalami kekerasan seksual. Oleh karena itu rentang usia tersebut dijadikan sebagai tolak ukur bagaimana anak-anak dapat merespon akan isu kekerasan seksual terhadap anak dalam bentuk sebuah karya seni seperti gambar, lukisan, riset dan lain sebagainya.

Baca juga: GTM Salah Satu Pemicu Terjadinya Malnutrisi pada Anak

Selama proses open call (submit proposal karya) yang berlangsung kurang lebih satu bulan, total 187 karya berhasil dikumpulkan. Dikuratori oleh Gie Sanjaya, melalui proses kurasi terpilih 55 karya yang akan ditampilkan dalam pameran “Speak Up”. Di ajang ini juga terdapat instalasi yang bernama “Bilik Aman”, menampilkan rekaman suara kisah para penyintas.

Dalam momen pembukaan acara, perupa asal Bali, Prajna Paramita membawakan sebuah monolog yang begitu emosional, lugas dan menyentak hati pengunjung acara, mengisahkan dirinya sebagai seorang penyintas kekerasan seksual yang mampu bangkit dan berkarya lewat seni.

“Narasi yang menggugah pikiran, semuanya dirancang untuk merangsang empati, mendorong keterlibatan dan edukasi. Selain untuk memberikan pengalaman mendalam kepada pengunjung pameran “Speak Up”, rangkaian program yang disediakan juga bertujuan untuk mengajak khalayak bersuara, tidak terbatas hanya penyintas tetapi semua harus turut berkontribusi agar kasus kekerasan seksual terhadap anak ini tidak terulang,” lanjut Gie.

Karya seni menjadi wadah ekspresi pribadi juga menjadi sarana untuk mendidik masyarakat, mendorong kesadaran mengenai permasalahan tertentu yang kerap kali terabaikan, menanamkan kesadaran pada ruang publik akan pentingnya isu kekerasan seksual terhadap anak, peran masyarakat atau lingkungan dengan tidak mentolerir pelaku serta turut proaktif, memberikan dukungan pada korban kekerasan seksual, pemerintah menjalankan UU TPKS dengan seluruh aparaturnya secara maksimal, melalui penegak hukum dengan menindak pelaku walau ia dari kalangan tertentu dan mengasistensi terwujudnya keadilan bagi korban, menciptakan mekanisme pencegahan kekerasan terutama pada lembaga pendidik baik negeri maupun swasta.

Sementara itu, Dolorosa Sinaga, seniman patung sekaligus aktivis menyampaikan dukungan kuatnya, “Kita bisa menggunakan seni untuk terjadinya perubahan di masa depan, artinya kita perlu menggalang kesadaran masyarakat seperti yang sekarang dilakukan di acara ini. Kita mencoba menyuarakan hal-hal yang sebelumnya terbatas hanya dibicarakan komunitas peduli anak, agar lebih meluas lagi. Kita bersama, semua perlu bertindak untuk menghentikan kejahatan ini.”

Baca juga: Kesehatan Mental Ibu Pengaruhi Tumbuh Kembang Anak

Pameran “Speak Up” menyambut pengunjung dari semua latar belakang, masyarakat, pembuat kebijakan, pendidik, orang tua dan individu yang peduli akan kekerasan seksual terhadap anak. Dengan menghadiri, mendukung, dan terlibat dalam pameran ini, anda memainkan peran penting dalam memecah seputar kekerasan seksual terhadap anak.

Creativite terbentuk dari tahun 2016 yang bermula dari program edukasi publik berupa workshop art, craft, interior, fashion dan fotografi. Hingga saat ini berkembang menjadi beberapa lini seperti Creativite Edukasi, Creativite Art Space, Creativite Studio, Creativite Produk, Creativite Production.

Parents Guide
Parents Guidehttp://www.burhanabe.com
Info seputar parenting, mulai dari kehamilan, tumbuh kembang bayi dan anak, serta hubungan suami istri, ditujukan untuk pasangan muda.

Related Posts

Comments

Stay Connected

0FansLike
400FollowersFollow
8,385FollowersFollow

Recent Stories