Overparenting: Apakah Itu dan Cara Mengetahui Apakah Kita Melakukannya

Sebagai orang tua, tentunya Moms and Pops selalu menginginkan yang terbaik bagi si kecil. Akan tetapi seringkali tanpa kita sadari, terutama ketika tidak terjalin komunikasi yang sehat, orang tua menjadi terlalu memaksakan keinginannya atau bahkan menjadi terlalu dominan padahal niatnya adalah untuk melindungi dan mengunggulkan anak kesayangan kita agar sukses.

Menurut situs kesehatan verywellfamily.com dalam artikelnya, overparenting biasanya justru berakar pada ketidaknyamanan yang dirasakan orang tua, diperparah dengan ketidakrelaan melihat anaknya tersakiti, gagal, atau berbuat kesalahan. Tidak jarang juga malah merasa bersalah ketika mendisiplinkan anak dan berusaha melunakkan konsekuensi yang sebenarnya harus dihadapi oleh si kecil.

Baca juga: Toxic Parenting dan 4 Indikatornya

Psikolog klinis Judith Locke menggambarkan dalam bukunya, “The Bonsai Child,” bagaimana anak yang tumbuh dalam lingkungan yang terlalu melindunginya menyebabkan si anak malah mengalami kesulitan ketika menghadapi dunia nyata.

Menurut Lock juga, ada dua jenis overparenting, sebagaimana dilansir situs berita CNBC:

Yang pertama biasanya diawali oleh niat baik, yang akhirnya malah menjadi terlalu membantu sang anak dalam menyelesaikan tugas yangg seharusnya ia tangani sendiri, seperti Pekerjaan Rumah. Hal ini dapat menyebabkan si kecil mengalami kesulitan mengembangkan beragam skill yang nantinya akan ia butuhkan kelak.

Jenis yang kedua disebabkan orang tua yang terlalu responsif, di mana responsif yang dimaksud mengacu pada intensitas cinta, kepedulian, sayang dan pujian yang diberikan orang tua kepada anaknya.

Foto oleh Oleksandr Pidvalnyi dari Pexels

Related Posts

Comments

Stay Connected

0FansLike
400FollowersFollow
8,385FollowersFollow

Recent Stories