Peringati Hari Anak Sedunia 2022, Menteri PPPA Serukan: Dengarkan Suara Anak

Dibuka oleh berbagai pertunjukkan tarian dan musik tradisional, Peringatan Hari Anak Sedunia (HAS) 2022 berlangsung begitu meriah di Manado, Sulawesi Utara. Perwakilan delegasi Forum Anak ASEAN dan Forum Anak Daerah (FAD) se-Indonesia hadir memenuhi Kawasan Pohon Kasih untuk memperingati puncak HAS 2022.

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga mengucapkan Selamat Hari Anak Sedunia kepada anak-anak di seluruh nusantara. Ia berpesan kepada seluruh anak-anak di Indonesia untuk terus menyuarakan aspirasi dan menebarkan inspirasi.

“Anak-anakku yang Bunda banggakan, merupakan sebuah kebahagiaan bagi Bunda, pada hari ini anak-anak Bunda dapat menyampaikan suara kalian dengan lantang di depan pemangku kepentingan. Aspirasi kalian sangat berharga bagi kami. Karena kalian, anak-anak, merupakan advokat terbaik bagi kelompok kalian sendiri. Kalian-lah yang paling mengetahui isu-isu anak terpenting yang harus segera diselesaikan dan solusi-solusi atas berbagai permasalahan anak,” ujar Menteri PPPA dalam keterangan tertulisnya.

Baca juga: Patut Bersyukur, Tidak ada Kasus Baru Gangguan Ginjal Akut Anak

Menteri PPPA mengutarakan harapan kepada seluruh pemangku kepentingan di Indonesia untuk selalu bersungguh-sungguh mendengarkan suara anak. Pemenuhan hak dan perlindungan khusus anak merupakan tanggung jawab bersama karena anak merupakan generasi penerus bangsa yang perlu diperhatikan tumbuh kembangnya.

“Bunda sangat bangga dengan semangat dan kontribusi nyata anak-anak Indonesia, khususnya delegasi anak FAD dan Forum Anak ASEAN yang turut berpartisipasi bersama-sama mengutarakan pendapat, juga berperan sebagai pelopor dan pelapor. Peringatan HAS merupakan momen untuk menghormati hak-hak anak di seluruh dunia sehingga di momen penting ini Bunda berharap delegasi anak FAD juga Forum Anak ASEAN dapat terus berkarya menelurkan ide-ide cemerlang untuk menjadi bekal di masa mendatang karena anak-anak di seluruh Indonesia merupakan generasi emas penerus bangsa,” tutur Menteri PPPA.

Peringatan HAS 2022 merupakan sebuah momentum penting untuk menggugah kepedulian dan partisipasi sesama anak-anak juga seluruh komponen bangsa Indonesia dalam menjamin pemenuhan hak anak dan perlindungan khusus anak dari segala bentuk kekerasan. Mengusung tema “Inklusi dan Keberagaman”, HAS 2022 tak hanya sekedar merayakan hak-hak anak semata, tetapi menjadikan keberagaman yang merupakan identitas bangsa Indonesia menjadi kekuatan dalam menciptakan inklusi dan partisipasi anak.

Rangkaian peringatan HAS 2022 telah berlangsung sejak akhir Oktober 2022 silam dengan berbagai macam kegiatan seperti webinar dengan tema Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (UU TPKS), pencegahan perkawinan anak, dan kesehatan reproduksi, serta penyusunan rencana aksi melalui program Warung Kopi Nusantara oleh anak-anak FAD se-Indonesia di Danau Linow, Tomohon.

Turut hadir memeriahkan rangkaian peringatan HAS 2022 di Manado, perwakilan delegasi anak ASEAN yang berasal dari 8 (delapan) negara ASEAN, yakni Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Kamboja, Laos, dan Myanmar. Tahun ini, Indonesia berkesempatan menjadi tuan rumah perhelatan forum dua tahunan, ASEAN Children’s Forum (ACF) yang ke-7 dengan tema utama “Membangun Ketahanan Digital untuk Anak-Anak ASEAN” dan sub-sub tema terkait, yaitu literasi digital, keamanan digital, serta partisipasi dan ketahanan digital.



Peringatan HAS 2022 terasa lebih istimewa dengan keterlibatan delegasi Forum Anak ASEAN yang menyuarakan Suara Anak ASEAN yang dirangkum selama Forum Anak ASEAN ke-7 berlangsung. Dua orang perwakilan delegasi anak dari Singapura, Zhuang JunYou dan Indonesia, Alya Alkautsar menyuarakan Suara Anak ASEAN. Adapun Suara Anak ASEAN Tahun 2022, yakni:

1. Menyerukan kepada semua anak untuk bersuara guna meningkatkan kesadaran akan keamanan digital dan membantu masyarakat yang terpinggirkan untuk memiliki akses terhadap literasi digital.

2. Mendorong para orang tua dan wali untuk berkolaborasi dengan guru dan pemangku kepentingan lainnya dalam mengedukasi anak terkait literasi digital.

3. Mendorong sekolah untuk aktif menerapkan pembelajaran digital dan meningkatkan kapasitas guru.

4. Mendorong masyarakat untuk membantu penggalangan dana dan mempromosikan kampanye terkait literasi digital.

5. Mendorong pemerintah untuk meningkatkan aksesibilitas internet bagi masyarakat di daerah terpencil.

6. Meminta dukungan dari pemerintah untuk memastikan pendidikan dan transformasi digital yang setara. Meminta pemerintah agar lebih banyak membangun mekanisme yang layak untuk mempromosikan partisipasi dan ketahanan digital bagi semua anak agar memungkinkan mereka memainkan peran aktif dalam menjadikan kawasan ini sebagai Episentrum Pertumbuhan.

7. Mengusulkan sekolah untuk mengatur kegiatan dan membuat platform untuk meningkatkan kolaborasi dengan perusahaan digital dan meminta perusahaan digital untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan digital abad ke-21 bagi siswa dan guru.

8. Menyadari tanggung jawab orang tua dan wali untuk mendukung, membimbing, dan mengawasi anak-anak mereka ketika anak-anak menggunakan internet dan untuk melindungi mereka dari potensi risiko dan bahaya.

9. Meminta pemerintah untuk menyediakan regulasi tentang kurikulum literasi digital di semua jenjang pendidikan terkait penegakan hukum dan perlindungan anak dari segala bentuk eksploitasi dan penyalahgunaan online. Meminta pemerintah untuk membuat hotline yang aman dan dapat diakses untuk melaporkan eksploitasi dan pelecehan online kepada anak-anak.

10. Mendorong pemerintah untuk memberikan peningkatan kapasitas bagi semua aktor dan pemangku kepentingan terkait keamanan digital, dengan tetap memperhatikan keselamatan dan keamanan digital bagi semua anak.

11. Mengusulkan kepada Lembaga Swadaya Masyarakat untuk menciptakan kemitraan yang lebih strategis dengan berbagai pemangku kepentingan untuk mengadvokasi, menyebarluaskan, dan mengkampanyekan keselamatan dan keamanan digital untuk semua anak dan untuk menawarkan dukungan bagi korban penyalahgunaan dan eksploitasi online.

12. Mendesak perusahaan swasta untuk memastikan keamanan digital dengan memperkuat sistem perlindungan anak dan mempekerjakan pakar digital dengan memberikan upah dan remunerasi yang layak.

13. Menekankan pentingnya bagi perusahaan untuk mengedukasi pelanggan dengan memberikan informasi yang ramah pengguna dan detail yang memadai terkait keamanan digital mereka.

14. Mendesak orang tua dan wali untuk berkomitmen dalam pengasuhan yang baik dan memperhatikan kebutuhan belajar dan perkembangan anak-anaknya. Selain itu, mengimbau para orang tua untuk memelihara dan menjaga komunikasi dan interaksi yang sehat dengan anak-anaknya, serta mengikuti program pengasuhan digital terkait keamanan dan keselamatan digital.

Dalam kesempatan tersebut, Gubernur Sulawesi Utara, Olly Dondokambey mengucapkan terima kasih yang begitu mendalam kepada seluruh perwakinan anak FAD dan delegasi Forum Anak ASEAN yang hadir dan merayakan puncak HAS 2022 bersama-sama di Manado. Olly mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk memaknai peringatan HAS dalam memperkokoh dan memperkuat komitmen serta meningkatkan sinergi sehingga setiap individu dapat bersama-sama melanjutkan upaya perlindungan anak dan mendorong partisipasi anak melalui hak-hak anak.

Baca juga: Moms, Terapkan Gizi Seimbang Penting Atasi Malnutrisi Anak

“Dalam momentum HAS 2022 ini menjadi langkah awal untuk menyeragamkan keserasian untuk menata masa depan anak-anak yang penuh dengan tantangan. Mari kita terus tingkatkan partisipasi dan peran kita dalam melindungi dan memerangi segala kekerasan terhadap anak yang merenggut hak-hak anak, seperti perkawinan anak. Selain itu, kita juga perlu meningkatkan peran keluarga dalam pengasuhan sebagai upaya yang berimplikasi terhadap tumbuh kembang anak,” ungkap Olly.

Dalam Peringatan HAS 2022, Menteri PPPA meluncurkan program Rumah Ibadah Ramah Anak (RIRA) yang implementasinya akan dilakukan secara bertahap di seluruh Indonesia. RIRA adalah rumah ibadah dengan sistem pelayanan yang holistik, menjamin pemenuhan hak anak, termasuk melindungi anak dari segala bentuk kekerasan, eksploitasi, kerentanan, dan diskriminasi dengan melibatkan berbagai pihak dalam lingkup pelaksanaan program dan kegiatan yang responsif anak.

“RIRA bukanlah program untuk membangun rumah ibadah baru, melainkan memanfaatkan rumah ibadah yang sudah ada untuk pemenuhan hak anak dengan memanfaatkan waktu luang dalam bentuk kegiatan positif, inovatif, dan kreatif, terintegrasi dengan kegiatan rumah ibadah sekaligus mendekatkan anak dengan agamanya,” tutup Menteri PPPA.

Foto utama oleh Irgi Nur Fadil dari Pexels

Parents Guide
Parents Guidehttp://www.burhanabe.com
Info seputar parenting, mulai dari kehamilan, tumbuh kembang bayi dan anak, serta hubungan suami istri, ditujukan untuk pasangan muda.

Related Posts

Comments

Stay Connected

0FansLike
400FollowersFollow
8,385FollowersFollow

Recent Stories