8 Tips Mengasuh Anak Pasca Pandemi

KOLOM DIGITAL EDUCATION OLEH M. GORKY SEMBIRING

Tanpa terasa, kita sudah menjalani dan berdampingan hidup dua tahun lebih dalam pandemi. Berbagai ragam pengalaman sudah dipetik dan lalui. Ada pengalaman menjadi merasa lebih waspada menjaga diri agar tidak terpapar COVID-19. Juga pengalaman yang membuat kita menjadi terbiasa beraktivitas yang dimediasi teknologi secara daring.

Bersamaan dengan pengalaman konstruktif tersebut, ada juga pengalaman yang menyisakan persoalan yang jika tidak dikenali dan diakrabi dengan baik dapat membuat guncangan baru. Misalnya, secara sosial tentu ada beberapa sisi yang berubah secara frontal. Bayangkan, selama hampir dua tahun terasing secara sosial tanpa kesempatan memadai untuk bersosialisasi.

Tentu saja banyak diantara kita di satu sisi sudah memasuki kenormalan baru. Di sisi lain, sebagai makhluk sosial, juga digoda kembali ke “kodrat” untuk bersosialisasi langsung.

Baca juga: Pentingnya MPASI Bergizi Bantu Anak Cegah Stunting

Bukan sekedar dimediasi teknologi, atau sebatas interaksi dalam dunia maya. Di titik ini, tentu tidak berlebihan akan datang “panggilan” – terutama bagi anak-anak agar kembali ke kondisi “normal” sebelumnya. Ke suasana awal sebelum pandemi.

Timbul pertanyaan: Bagaimana mempraktikkan kebaikan, kasih sayang, dan kesabaran saat kita dan anak-anak akan kembali ke keadaan “normal?”

Kondisi di mana ibu menggendong putranya di luar ruangan sambil tersenyum di ruangan terbuka. Apa lagi bisa menikmati mekarnya bunga di halaman atau bermain di hamparan rumput menghijau. Inilah salah satu contoh keadaan yang hilang selama pandemi merebak.

Namun keadaan ini hendaknya bukan menjadi penghalang untuk secara optimal bergerak maju. Harus percaya akan mampu melewatinya. Pemulihan memang butuh waktu serta kerja keras dan akan dapat dilalui dalam kebersamaan.

Kekuatiran belum tentu membuat kita menderita besok, tetapi kekuatiran bisa merenggut kegembiraan hari ini. Optimis dan positip, itu jalan kita melampaui masa sulit. Terlebih dalam masa pandemi.

Di sisi lain, banyak pula di antara kita yang merasa bahwa keadaan telah membaik. Melakukan tindakan vaksinasi berlapis dan merasa sudah berada di awal dari akhir pandemi. Namun, ini bukan mengatakan kita menganggap selesai dengan tindakan pencegahan kewaspadaan.

Hanya saja ini memang jadi pencerahan di sekitar tepi kehidupan sehari-hari. Sehingga pikiran dan perasaan tentang masuk kembali ke “kehidupan normal” menjadi harapan nyata dan sangat diidamkan.

Seperti apa sikap, tampilan serta respons kita memasuki tahun mendatang?

Seperti yang terjadi selama lebih dari dua tahun terakhir, masih banyak yang tidak diketahui. Bertumpuk pertanyaan terkait soal bagaimana anak-anak pulih dari “trauma” tahun sebelumnya. Hal ini akan menjadi percakapan berkelanjutan.

Secara umum, perkembangan anak menunjukkan ketahanan bawaan kita. Diyakini bahwa memasuki tahun-tahun mendatang, anak-anak akan baik-baik saja. Bahwa mereka akan keluar dari keadaan ini dan akan berbeda dari yang mungkin dialami sebelumnya. Kita juga memiliki keyakinan semua akan baik-baik saja. Harus menjaga kesehatan agar daya tahan tetap tinggi, dengan demikian semua benar-benar sehat, kuat, dan aman.

Foto oleh Artem Beliaikin dari Pexels

Anak-anak akan belajar bagaimana bersosialisasi lagi. Orang tua juga akan belajar bagaimana kembali mempercayai dunia. Mencapai keseimbangan baru tentu membutuhkan kesabaran dan kerja keras. Tetapi, harus percaya ke depan semua kembali cerah sambil tetap waspada.

Seperti banyak aspek lain dari pandemi, ketidakadilan yang melekat dalam masyarakat juga berarti bahwa anak-anak yang sudah berisiko dapat terkena dampak. Sudah hidup di pinggiran sosial-ekonomi atau tanpa figur keterikatan yang kuat dan penuh sebagai akibat dari pandemi. Pastinya membutuhkan lebih banyak dukungan dan bantuan untuk dapat pulih. Terutama bagi keluarga yang terkena dampak terbilang terparah.

Di satu sisi, kita harus menjaga diri sendiri dengan keluarga. Di sisi lain, harus mampu merasakan empati luar biasa terhadap orang lain yang situasinya mungkin lebih sulit. Banyak keluarga, orang tua dalam hal ini, telah melakukan upaya dan hal yang hampir mustahil.

Baca juga: Pops, Ini Peran Penting Kamu Jaga Kesehatan Ibu Hamil, Bersalin dan Pasca Persalinan!

Mengasuh anak kecil merupakan tantangan terbesar di masa pandemi. Ditambah akibat ekonomi yang melambat. Kesulitan beruntun karena faktor eksternal, juga internal memang terasa sangat sulit.

Dari runutan kisah di atas, perlu mempertimbangkan banyak hal, agar saat berupaya kembali ke suasana “normal” kita tetap waspada. Menjaga agar tidak dihinggapi rasa was-was berlebih. Di saat bersamaan tidak pula menganggap ringan keadaan ke depan.

Rujukan membuat renana dan tindakan ke depan adalah penting agar menjadi sinergis. Ini baik untuk orang tua, juga anak-anak. Terutama, agar anak-anak mampu beradaptasi dengan “lingkungan baru” setelah didera pandemi.

Parents Guide
Parents Guidehttp://www.burhanabe.com
Info seputar parenting, mulai dari kehamilan, tumbuh kembang bayi dan anak, serta hubungan suami istri, ditujukan untuk pasangan muda.

Related Posts

Comments

Stay Connected

0FansLike
400FollowersFollow
8,385FollowersFollow

Recent Stories