Dari Acara Bicara Sehat Awam: Cegah dan Deteksi Dini Kanker Tiroid

RS Universitas Indonesia (RSUI) kembali menggelar rangkaian seminar awam yang diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan masalah kesehatan spesial Hari Kanker Kepala dan Leher Sedunia. Seminar ini memiliki tajuk utama: “Yuk, Cegah dan Deteksi Dini Kanker Tiroid!”.

Beberapa waktu lalu, Park So Dam, salah satu aktris berbakat yang bermain dalam film fenomenal tahun 2019 yaitu Parasite, melalui agensinya mengonfirmasi bahwa dia baru saja menjalani operasi karena kanker tiroid. Ternyata kanker tiroid menempati peringkat ke-6 sebagai kanker yang paling banyak didiagnosis pada perempuan di seluruh dunia.

Seminar Awam Bicara Sehat ini hadir untuk memberikan pengetahuan dan informasi seputar isu yang diangkat. Seminar ini dimoderatori oleh Ns. Hesti Rahayu, M.Kep., Sp.Kep.MB yang merupakan Ners di RSUI.

Narasumber pertama yaitu dr. Livy Bonita Pratisthita, Sp.PD yakni seorang dokter spesialis penyakit dalam di RSUI. Dokter Livy membawakan materi berjudul “Kanker Tiroid: Kenali Gejalanya, Cegah dari Sekarang!”. Beliau mengawali materi dengan menjelaskan kelenjar tiroid dan peran dari hormonnya. Tiroid adalah kelenjar yang berada di leher di depan trakea dan berbentuk seperti kupu-kupu. Hormon yang diproduksi pada kelenjar tiroid diperlukan untuk menjaga fungsi metabolisme dan organ tubuh seperti pencernaan, jantung, dan reproduksi.

Baca juga: Maksimalkan Kesehatan Anak dengan Rekomendasi Imunisasi Terbaru!

Dokter Livy mengatakan bahwa tren kejadian kanker tiroid semakin meningkat. Berdasarkan data dari WHO tahun 2020, terdapar 586.202 kasus baru. Kejadiannya tiga kali lebih sering pada perempuan dibandingkan laki-laki. Penyebab kanker tiroid seperti pada kanker lain tidak diketahui, yang jelas terjadi perubahan DNA pada sel tiroid. Mutasi (perubahan) DNA pada sel tiroid membuat sel-sel tersebut tumbuh dan berlipat ganda dengan cepat, hingga akhirnya membentuk massa atau benjolan yang disebut dengan tumor.

Tumor ini bisa bersifat jinak atau ganas. Jika sifatnya ganas, tumor ini dapat menyebar (metastatis) ke kelenjar getah bening atau organ lain. Terdapat beberapa faktor risiko yang dapat memicu munculnya mutasi tersebut, diantaranya terpapar radiasi atau nuklir, faktor genetik (ada riwayat anggota keluarga dengan kanker tiroid), jenis kelamin perempuan, kurangnya asupan yodium, adanya penyakit tiroid sebelumnya, dan kondisi obesitas yang memicu peradangan.

Beberapa tanda dan gejala kanker tiroid diantaranya, adanya benjolan di leher dengan peningkatan ukuran, perubahan suara menjadi serak, sulit menelan/bernapas, batuk terus-menerus tanpa gejala flu, serta adanya nyeri di leher atau tenggorokan. Bila menemukan tanda dan gejala tersebut, segera periksa ke dokter. Dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan, mulai dari pemeriksaan fisik, laboratorium hormon tiroid, radiologi USG, biopsi jaringan tiroid dan sebagainya.

Dokter Livy mengatakan bahwa kanker tiroid bisa diobati. Semakin awal menemukan kasus, angka kesembuhan semakin tinggi. Beberapa jenis pengobatan yang dapat dilakukan diantaranya pembedahan, ablasi/yodium radioaktif yang menggunakan terapi kedokteran nuklir, radiasi eksterna (biasanya metode ini digunakan setelah pembedahan), serta obat-obatan. Pilihan pengobatan ini tidak semuanya dilakukan, ada pertimbangan khusus kepada pasien bergantung pada kondisi pasien, tipe kanker, stadium, dan efek sampingnya.

Terkait pencegahan, dokter Livy mengatakan karena penyebabnya belum jelas maka pencegahannya agak sulit. Oleh karena itu, yang bisa kita lakukan adalah menurunkan faktor risiko terhadap hal-hal yang bisa kita modifikasi. Pencegahannya diantaranya dengan menghindari paparan radiasi, mencukupi asupan yodium, serta menjaga berat badan normal agar terhindar dari obesitas.

Selain itu, pada orang yang memiliki risiko tinggi (misalnya pada orang yang bekerja di tempat yang terpapar radiasi atau memiliki riwayat keluarga menderita kanker tiroid), maka sebaiknya lakukan screening atau deteksi dini. Diagnosis awal penting untuk kesembuhan nantinya.



Narasumber kedua pada seminar ini yaitu dr. Yasser Jayawinata, Sp.B, FICS yakni seorang dokter bedah di RSUI. Dokter Yasser membawakan materi berjudul “Bedah Kanker Tiroid, Bagaimana Tata laksananya?”.

Dokter Yasser mengatakan bahwa sebelum melakukan tindakan pembedahan, perlu ditegakkan terlebih dahulu diagnosisnya. Tidak semua benjolan di leher itu tiroid, dan tidak semua benjolan tiroid itu kanker. Dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan terlebih dahulu. Pada kanker tiroid, biasanya benjolan tumbuh cepat, suara pasien menjadi serak dan mengalami gangguan napas. Setelah pemeriksaan fisik, dokter akan melakukan USG dan biopsi FNAB. Jika ditemukan keganasan, maka selanjutnya akan dioperasi.

Operasi ini biasanya akan dilakukan dengan menyayat di bagian lipatan leher sekitar 10 cm, dan tentunya pasien akan dibius umum. Oleh karena itu, pasien tidak perlu takut dan khawatir pula terhadap scar-nya karena akan terlihat samar. Durasi operasi berlangsung sekitar 2-4 jam bergantung dari besarnya benjolan dan tingkat kesulitan pengangkatannya.

Setelah operasi, pasien biasanya menjalani perawatan di rumah sakit sekitar 3-5 hari, yang bergantung dari kondisi klinis dan produksi cairan dari selang di leher. Luka operasi masih ditutup perban sampai 1 minggu. Setelah pulang ke rumah, pasien sudah bisa melakukan aktivitas ringan. Pada 1-2 minggu pertama, biasanya pasien masih tidak nyaman dalam menoleh atau menggerakkan leher, sehingga aktivitas seperti menyetir tidak dianjurkan dalam 1 minggu setelah operasi. Satu minggu setelah operasi, pasien perlu kontrol kembali ke dokter untuk dilakukan evaluasi klinis dan luka operasi.

Jika seluruh kelenjar tiroid pasien diangkat, maka “pabrik” pembuat hormonnya sudah tidak ada, sehingga pasien perlu minum obat hormon tiroid seumur hidup, yang dosisnya disesuaikan dengan kondisi masing-masing pasien. Di akhir, dokter Yasser mengatakan bahwa angka kematian kanker tiroid dalam 5 tahun terkahir ini di bawah 1% pada stadium awal. Oleh karena itu, jika ada benjolan segera konsultasikan ke dokter agar cepat ditangani.

Baca juga: Moms, RSUD Ini Didorong Jadi Center of Excellence Pelayanan Ibu Anak

Antusiasme peserta sangat tinggi, dengan jumlah peserta sebanyak 100 orang, dan juga berbagai pertanyaan yang muncul pada seminar ini, diantaranya apa saja nutrisi yang penting bagi pasien kanker tiroid agar imunitasnya terjaga. Dokter Livy mengatakan untuk menjaga imunitas pasien kanker diantaranya bisa dengan mencukupi zat-zat gizi khususnya protein, vitamin D dan vitamin C, dengan menerapkan gizi seimbang. Selain itu terkhusus pada kasus kanker tiroid, kebutuhan yodium juga penting untuk dipenuhi. Pada orang sehat kebutuhan yodium yaitu sekitar 150-300 mcg per hari.

Bagi Sahabat RSUI yang masih penasaran mengenai materi pada seminar hari ini, dengan senang hati dokter dan tenaga kesehatan RSUI akan membantu memberikan saran medis di poli rawat jalan RSUI. RSUI berharap kegiatan Seminar Awam Bicara Sehat Virtual ini dapat terus hadir sebagai salah satu upaya promotif dan preventif kepada masyarakat luas. Untuk mendapatkan informasi terkait pelaksanaan seminar Bicara Sehat selanjutnya dapat dipantau melalui website dan media sosial RSUI.

Siaran ulang dari seminar awam ini dapat juga disaksikan di channel Youtube RSUI pada link berikut ini. Sampai bertemu kembali di ajang bicara sehat berikutnya!

Foto utama oleh Anna Tarazevich dari Pexels

Parents Guide
Parents Guidehttp://www.burhanabe.com
Info seputar parenting, mulai dari kehamilan, tumbuh kembang bayi dan anak, serta hubungan suami istri, ditujukan untuk pasangan muda.

Related Posts

Comments

Stay Connected

0FansLike
400FollowersFollow
8,385FollowersFollow

Recent Stories