Belajar Sejarah Jawa di Ullen Sentalu

SASANA SEKAR BAWANA

Melanjutkan perjalanan di Ullen Sentalu menuju ke ruang terakhir yaitu Sasana Sekar Bawana. Namun sebelumnya pengunjung diajak melintas di koridor Retja Landa, berisi arca-arca yang konon katanya berusia ratusan tahun. Selain tidak boleh memotret, pengunjung juga dilarang menyentuh koleksi arca di sini karena di khawatirkan keringat yang bersifat asam dapat merusak/mengerus kondisi arca.

Yang langsung menarik pandangan saat masuk di Sasana Sekar Bawana adalah 2 patung pengantin wanita dalam ukuran yang besar, di sebelah kiri pengantin wanita dari Surakarta sedangkan sebelah kanan berasal dari Yogyakarta. Riasan bukan sembarang riasan untuk terlihat cantik, semua atribut yang dikenakan pengantin ini memiliki makna masing-masing, contohnya chunduk mentul (bunga di atas kepala) yang diletakkan menghadap belakang yang bermakna bahwa kecantikan tidak hanya dilihat di muka saja, tetapi harus dari dalam diri.

Penggunaan ornamen di dahi (seperti mata ketiga) ini juga bermakna, sebagai seorang istri harus jeli dan pandai melihat segala situasi. Termasuk penggunaan cincin yang ternyata setiap jari memiliki makna sendiri-sendiri, hanya jari tengah saja yang tidak boleh dipakaikan cincin karena sebagai jari tertinggi, jari tengah memiliki makna ke-Tuhan-an.

Upaya melestarikan budaya Jawa

Baca juga: Melestarikan Bahasa Indonesia Sejak Dini

Lukisan 9 putri yang sedang menari menjadi penutup rangkaian tour di Ullen Sentalu. Tari Bedhaya Ketawang yang menampilkan 9 putri pilihan untuk mementaskan tarian tersebut. Yang unik terlihat 1 bayangan wanita sebagai sosok ke 10 yang diyakini sebagai Kanjeng Ratu Kidul yang ikut menari.

Dari cerita tarian ini juga polemik tentang sosok ke 10 ini diluruskan, ternyata Kanjeng Ratu Kidul dan Nyi Roro Kidul adalah 2 tokoh yang berbeda. Penguasa pantai selatan adalah Kanjeng Ratu Kidul sedangkan Nyi Roro Kidul hanya patih dari Kanjeng Ratu, selain tentunya ada patih lain yang bernama Nyi Blorong.

1 jam terasa begitu singkat di Museum Ullen Sentalu untuk mendengarkan semua informasi yang diberikan guide. Sangat menarik, banyak pengetahuan baru yang bisa didapat walaupun agak sedikit sulit untuk mengingat semua info yang dilontarkan oleh guide. Bukan hanya untuk orang dewasa, anak-anak pun akan senang serasa mendengarkan dongeng karena semua guide di sini sudah paham betul akan sejarah Jawa.

Terakhir pengunjung diperbolehkan untuk berfoto di replika fragmen Candi Borobudur yang diletakkan secara miring. Sebelum beranjak pergi guide sekali lagi memberikan informasi tentang fragmen yang dibuat miring ini. Yaitu terkait Minat akan sejarah yang terus merosot

Fragmen Candi Borobudur dengan makna tertentu

“Maknanya adalah untuk menggambarkan bahwa saat ini minat anak muda terhadap sejarah sudah sangat minim bahkan terus menurun” VLA

– Finding Indonesia –

Related Posts

Comments

Stay Connected

0FansLike
400FollowersFollow
8,385FollowersFollow

Recent Stories