ChatGPT: Terobosan yang Harus Dihindari atau Justru Harus Dihadapi dan Disiasati?

1. Ketergantungan: Anak-anak berpotensi menjadi terlalu bergantung pada ChatGPT. Akibatnya, merekas berhenti berpikir kritis. Sifat kemandirian jadi tergerus. Ujungnya dapat menghambat kemajuan akademik.

2. Informasi yang salah: ChatGPT dapat memberikan informasi yang tidak selalu akurat. Informasi yang bias dan meragukan. Ujungnya, melahirkan kebingungan dan salah tafsir atas konsep-konsep penting di lihat dari sisi pembelajar.

3. Interaksi Sosial: ChatGPT dapat membatasi interaksi sosial. Berakibat pada melemahnya keterampilan berkomunikasi anak-anak. Perlahan namun pasti, keteragantungan ini dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan pribadi mereka.

4. Kecurangan: ChatGPT dapat mempengaruhi pengguna terlibat praktik plagiarisme. Dengan kata lain, berpotensi untuk terlibat praktik contek-menyontek, karena terbiasa serta merta menyalin jawaban seperti apa adanya dari sumber online.

Baca juga: Manfaat Mindfulness untuk Ibu Hamil, Mudah dan Bisa Dilakukan dengan Santai di Rumah

5. Privasi: ChatGPT dapat meningkatkan komplikasi terkait masalah privasi, karena ada proses mengumpulkan dan menyimpan data pengguna. Ini dapat diakses entitas pihak ketiga dan pihak lain secara luas dan terbuka.

ChatGPT begitu menarik. Didasari kemampuan mewujudkan kecerdasan buatan menjadi alat bantu keren untuk hampir semua pekerjaan. Menjadi lebih cepat, mudah dan sederhana. Mengalihkan hal teoretis menjadi praktis, sistematis dan logis.

Waspada. Setiap terobosan selalu memberi dua sisi, manfaat dan mudarat. Jika tidak mengikuti perkembangan, kita tertinggal bahkan terpental. Jika ikut begitu saja mungkin dapat memetik manfaat secara lebih bebas, tetapi bisa pula bablas. Seperti balon, misalnya. Hanya dapat mengangkasa jika diisi gas. Di saat bersamaan, balon yang ditiup dan berisi gas, menjadi rawan pecah.

Demikian halnya dengan ChatGPT. Kemungkinan akan berjalan layaknya dilema inovasi. Bagi ahli di bidang tertentu, kehadiran inovasi tersebut justru acap memberi alternatif yang membuat keadaan lebih buruk. Tetapi bagi kebanyakan awam lainnya malah berpotensi menjadi penggerak pencapaian yang lebih efektif dan produktif.

Jadi harus cerdas dan bijak serta dampingi anak-anak dengan memberi fondasi memadai. Agar setiap ada terobosan inovatif, kita mampu memetik manfaat sebaik-baiknya.
Terobosan inovatif apapun, termasuk ChatGPT, akan membuat gemilang anak yang cemerlang. Di saat yang sama, dapat membuat terjerembap bagi anak yang gagap.
Anak adalah milik masa depan. Kita secara bersama meletakkan dasar memadai agar menjadi insan yang oleh karena inovasi apa saja senantiasa pada sisi yang dapat memetik manfaat dengan tingkat kewaspadaan.

Jadi: Selalu siap dan berharap yang terbaik akan datang dan di saat yang sama juga selalu siap dan sedia mendapatkan keadaan yang mungkin kurang baik!

Maximus Gorky Sembiring adalah seorang pegiat pembelajaran
sepanjang hayat & praktisi pendidikan jarak jauh serta guru
besar Manajemen Pendidikan Jarak Jauh di Universitas Terbuka.

Foto utama oleh Matheus Bertelli dari Pexels


Parents Guide
Parents Guidehttp://www.burhanabe.com
Info seputar parenting, mulai dari kehamilan, tumbuh kembang bayi dan anak, serta hubungan suami istri, ditujukan untuk pasangan muda.

Related Posts

Comments

Stay Connected

0FansLike
400FollowersFollow
8,385FollowersFollow

Recent Stories