Kehadiran ChatGPT: Bagaimana Orang Tua dan Guru Menyikapi Terkait Pendidikan Anak-anak Kita?

Namun tetap waspada! Meski AI memiliki potensi besar dalam pendidikan, harus dipandang sebagai pelengkap, bukan menggantikan. Guru tetap berperan penting mengembangkan keterampilan sosial-emosional, pemikiran kritis, dan kreativitas siswa.

Seiring kemajuan teknologi AI, prediksi ini kemungkinan besar terwujud. Dipastikan mengubah cara siswa belajar dan berinteraksi. Jadi harus paham betul potensi kegundahan kelahiran ChatGPT.

Untuk membangun kewaspadaan mendampingi anak dalam belajar khususnya, perlu mengajukan dan memahami jawaban atas TIGA pertanyaan esensial berikut.
1. Bagaimana ChatGPT mengubah pendidikan anak-anak sekarang dan ke depan?
2. Apa yang harus diantisipasi orang tua mendampingi anak-anak belajar di era AI?
3. Bagaimana guru merespons perkembangan AI sehingga peran guru tetap utama?

Baca juga: 10 Orientasi Pendampingan Anak di Tengah Badai Digitalisasi

Bagaimana ChatGPT mengubah orientasi pendidikan sekarang dan ke depan?
Penghujung 2021, ChatGPT hadir memperlihatkan potensi mengubah pendidikan tingkat dasar sampai menengah. Arah dan orientasi pembelajaran harus diantisipasi agar tetap memetik manfaat, bukan malah menjadi korban.

Berikut beberapa hal pokok wajib diperhatikan.
1. Pembelajaran Dipersonalisasi: ChatGPT lahir sebagai salah satu wujud nyata AI dapat memenuhi kebutuhan dan kecepatan belajar. Artinya, bisa memberi kenyamanan beradaptasi terhadap kekuatan dan kelemahan tiap siswa. Termasuk menyediakan konten dan latihan sesuai kecondongan siswa meningkatkan pengalaman belajar.

2. Akses Instan ke Informasi: Dengan ChatGPT, anak-anak memiliki akses langsung ke sejumlah besar informasi. Menumbuhkan rasa ingin tahu dan mendorong keinginan melakukan eksplorasi serta memberdayakan siswa belajar di luar batas materi seperti yang berlangsung sehari-hari.

3. Pembelajaran Interaktif: Keterlibatan interaktif sangat penting untuk pendidikan yang efektif. ChatGPT berfungsi sebagai tutor responsif sehingga siswa terlibat sambil menyerap dan menyampaikan pengetahuan.

4. Mengatasi Ketidakmampuan Belajar: AI berperan mengidentifikasi dan membantu siswa dengan ketidakmampuan belajar. Mendukung dan intervensi sesuai target. Termasuk memastikan tiap anak mendapat bantuan sesuai kebutuhan.

5. Dukungan Multibahasa: ChatGPT digunakan membantu anak belajar berbagai bahasa sehingga memungkinkan pendekatan pendidikan lebih global dan universal.

Bagaimana orang tua mengantisipasi agar dalam mendampingi anak belajar dan berkembang tidak justru tergilas oleh kehadiran AI?

Cakrawala dan langkah antisipatif yang diperlukan:
1. Literasi Digital: Orang tua wajib fokus pada pengembangan keterampilan literasi digital anak. Terutama memahami cara kerja ChatGPT, keterbatasan, dan cara menganalisis secara kritis informasi melalui sistem AI.

2. Seimbangkan Waktu Layar: Meski AI dapat menjadi alat bantu berharga, penting menyeimbangkan antara aktivitas daring dan luring. Dorong aktivitas fisik anak-anak dalam kegiatan interaksi sosial dan permainan kreatif.

3. Kecerdasan Emosional: Lengkapi anak tentang empati, kecerdasan emosional, dan nilai hubungan antar manusia. AI dapat memberi informasi, tetapi tidak dapat menggantikan dukungan emosional dan pengertian yang dapat diberikan manusia.

Foto oleh Tribesh Kayastha dari Unsplash

4. Rasa Ingin Tahu dan Berpikir Kritis: Tumbuh-kembangkan rasa ingin tahu dan cara berpikir kritis pada anak. Dorong mempertanyakan informasi AI dan mencari berbagai perspektif sebelum membuat kesimpulan.

Bagaimana respon guru terhadap perkembangan ChatGPT sehingga siswa tidak merasa bahwa keberadaan guru menjadi tak bermakna?

Baca juga: Lawan Diabetes, RSCM Jalin Kerjasama dengan Joslin Diabetes Center

Guru harus yakin keberadaannya tetap sentral justru di era AI. Meski dapat meningkatkan pengalaman belajar, namun peran guru tetap tak tergantikan AI.
1. Dukungan Emosional: Guru wajib memberi dukungan emosional, dorongan, dan hubungan manusia yang tidak dapat ditiru AI.

2. Bimbingan: Guru bertindak sebagai mentor dan panutan, membimbing secara akademis terkait membantu pertumbuhan pribadi mereka.

3. Kontekstualisasi: Guru membantu mengontekstualisasikan informasi, menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata dan membuat lebih relevan sehingga dipahami siswa.

4. Kreativitas dan Kolaborasi: Guru mendorong kreativitas dan memupuk pengalaman belajar kolaboratif yang merupakan keterampilan penting di era AI.

5. Pendidikan Etis: Guru dapat mengedukasi siswa tentang implikasi etis AI, privasi data, dan penggunaan teknologi secara lebih bertanggung jawab.

Parents Guide
Parents Guidehttp://www.burhanabe.com
Info seputar parenting, mulai dari kehamilan, tumbuh kembang bayi dan anak, serta hubungan suami istri, ditujukan untuk pasangan muda.

Related Posts

Comments

Stay Connected

0FansLike
400FollowersFollow
8,385FollowersFollow

Recent Stories