Kehadiran ChatGPT: Bagaimana Orang Tua dan Guru Menyikapi Terkait Pendidikan Anak-anak Kita?

ChatGPT menjanjikan kemudahan dalam mengubah pendidikan. Namun, bukan pengganti manusia. Orang tua harus mendukung anak-anak dalam mengembangkan literasi digital dan keterampilan berpikir kritis. Guru harus terus memainkan peran penting mendidik sebagai individu agar justru berpengetahuan luas di era AI.

Kita tidak mampu menafikan keberadaan AI dan implikasinya terhadap pendidikan. Mengingkarinya, malah bisa jadi terzalimi. Jika ikut tanpa modal memadai, memberi beban kepada anak-anak dan masa depannya.

Menjadi keniscayaan bagi guru maupun orang tua, memiliki kapasistas memadai memadu padankan AI (ChatGPT) ke dalam kelas dan keseharian pembelajaran anak-anak dengan cara elaboratif dan bijaksana.

Baca juga: Momen Hari Anak Nasional, Anak-Anak Pamerkan Lukisan Suarakan Perlawanan Terhadap Kekerasan Seksual di Ajang Speak Up

Beberapa tips dan langkah baik untuk dipertimbangkan:
1. Pelatihan Guru dan Pengembangan Profesional: Sebelum memperkenalkan ChatGPT kepada siswa, perlu pelatihan komprehensif dan pengembangan profesional kepada guru. Mencakup dasar-dasar AI, cara penggunaan efektif dan bertanggung jawab sebagai alat pendidikan, serta praktik terbaik mengintegrasikannya.

2. AI Alat Bantu, Bukan Pengganti: Tekankan ini kepada guru dan siswa. Guru tetap menjadi tokoh sentral, memandu diskusi dan aktivitas. Sementara AI menambah pengalaman belajar.

3. Identifikasi Kasus Penggunaan yang Tepat: Tentukan area spesifik di mana ChatGPT dapat menambah nilai kurikulum. Misal, digunakan untuk bimbingan pribadi, menjawab pertanyaan, menawarkan dukungan pembelajaran bahasa, atau sebagai pendamping menulis kreatif.

4. Mempromosikan Pemikiran Kritis: Dorong siswa mengevaluasi secara kritis informasi dari ChatGPT. Ajari cara menilai sumber, memverifikasi fakta, dan berpikir kritis tentang respons yang diterima dari AI.

5. Privasi dan Keamanan Data: Pastikan sistem AI sekolah mematuhi semua peraturan privasi dan keamanan data. Data siswa harus dilindungi dengan persetujuan eksplisit dari orang tua sebelum menggunakan AI.

6. Dukungan Multibahasa dan Inklusif: Jika ChatGPT mendukung banyak bahasa, ini bisa menjadi sumber bagus untuk pembelajaran bahasa guna mendukung siswa dari beragam latar belakang bahasa.

7. Kreativitas dan Pemecahan Masalah: Gunakan ChatGPT mendorong pemikiran kreatif dan pemecahan masalah. Siswa dapat menggunakan untuk melakukan curah pendapat menguji gagasan, mengeksplorasi perspektif berbeda, dan menghasilkan solusi inovatif menjawab tantangan.

8. Pendidikan STEM: Integrasikan ChatGPT ke dalam pendidikan STEM. Siswa dapat mempelajari algoritma AI, mengembangkan keterampilan pengkodean dasar, dan memahami penerapan di berbagai bidang.

9. Etika dan Tanggung Jawab: Mampukan siswa sadar akan implikasi etis AI, termasuk masalah potensi bias dan keadilan. Diskusikan penggunaan AI yang bertanggung jawab dan pentingnya untuk kemaslahatan lebih luas.

Foto oleh Ketut Subiyanto dari Pexels

10. Pembelajaran Kolaboratif: Dorong proyek kolaboratif di mana siswa bekerja sama, memanfaatkan ChatGPT memfasilitasi komunikasi melahirkan dan berbagi gagasan.

11. Umpan Balik dan Peningkatan: Kumpulkan umpan balik secara teratur dari guru dan siswa tentang efektivitas integrasi AI. Gunakan umpan balik ini melakukan perbaikan dan modifikasi mengoptimalkan pengalaman belajar.

12. Penilaian Berkala dan Berkelanjutan: Menilai secara berkelanjutan dampak ChatGPT terhadap hasil belajar. Pastikan proses integrasi sejalan tujuan dan standar pendidikan.

Dengan mengintegrasikan ChatGPT secara hati-hati ke dalam pendidikan, sekolah membuka pengalaman belajar kepada siswa. Pengalaman yang menumbuhkan pemikiran kritis, kreativitas, dan literasi teknologi sambil tetap menjaga peran penting guru dalam pendidikan.

Lagi-lagi: Waspada!

Banyak ahli mencantumkan kemampuan AI membebaskan orang dari tugas yang berulang dan biasa sebagai hal positif. Namun manfaat khusus ini datang dengan sisi negatifnya: Berpotensi menghilangkan kepekaan dan kecakapan hakiki insani. AI mampu menggambarkan dunia seperti sekarang dengan semua biasnya. Namun tetap tak mampu bagaimana dunia seharusnya dijaga dan berjalan.

Baca juga: Begini Cara Terbaik Melakukan Baby Spa di Rumah

Banyak cendekiawan, sebut saja Stephen Hawking, memiliki kekhawatiran tentang sistem AI yang berkembang sendiri dapat menggantikan manusia sama sekali.

AI jelas membawa perubahan. Peningkatan produktivitas, layanan kesehatan, juga akses pendidikan. Termasuk membantu memecahkan masalah kompleks, membuat kehidupan menjadi lebih mudah dan nyaman. Namun, apakah kemajuan ini tidak akan membawa kita menjadi insan yang lupa mensykuri semua anugrah ilahiah dari-Nya?

Semoga AI adalah pencaharian dan penemuan insaniah yang memang perlu dibuat manusia agar keberlanjutan alam raya dan segenap isinya tetap sesuai citra kesejatiannya, seperti dikehendaki oleh-Nya.

Maximus Gorky Sembiring adalah seorang pegiat pembelajaran
sepanjang hayat & praktisi pendidikan jarak jauh serta guru
besar Manajemen Pendidikan Jarak Jauh di Universitas Terbuka.


Foto utama oleh Sanket Mishra dari Pexels

Parents Guide
Parents Guidehttp://www.burhanabe.com
Info seputar parenting, mulai dari kehamilan, tumbuh kembang bayi dan anak, serta hubungan suami istri, ditujukan untuk pasangan muda.

Related Posts

Comments

Stay Connected

0FansLike
400FollowersFollow
8,385FollowersFollow

Recent Stories