Menyikapi Anak Hiperaktif, Apa Saja Cirinya?

Situs KidsHealth.org merumuskan 3 ciri utama hiperaktivitas:

  1. Inattentive, tidak mampu memusatkan perhatian atau mudah sekali kehilangan fokus. Anak yang seperti ini kesulitan memfokuskan perhatian mereka terhadap guru, tidak mampu berkonsentrasi dan gagal menyelesaikan tugas. Mereka juga sulit mengikuti petunjuk, tidak teliti, dan tidak menyelesaikan apa yang mereka mulai. Mereka juga seringkali melamun, selain juga terkesan pelupa dan kehilangan barang-barang mereka.
  2. Hyperactive, aktifitas fisik berlebihan. Anak seperti ini kerap resah, gelisah dan cepat bosan. Mereka sulit duduk teratur atau berdiam diri ketika diharuskan di kelas, berlari-larian dan sembrono. Mereka juga suka memanjat, melompot dan berbuat gaduh ketika waktunya tenang dan hal tersebut dilakukan tanpa mereka sadari mengganggu yang lain.
  3. Impulsive, bertindak tanpa pikir panjang. Anak yang impulsif seringkali melakukan suatu hal tanpa dipikir terlebih dahulu akibat maupun konsekuensinya. Mereka kerap menyela, mendorong atau merebut, dan sulit untuk antri. Mereka kerap melakukan sesuatu tanpa ijin orang dewasa terlebih dahulu, mengambil barang yang bukan miliknya, atau melakukan aksi berbahaya. Reaksi emosional mereka juga terkesan kurang proporsional dengan keadaan sesungguhnya.
Foto oleh RODNAE Productions dari Pexels

3 hal di atas membuat anak-anak penderita hiperaktifitas dikenal suka berbicara secara terus menerus tanpa mempedulikan situasi dimana mereka berada, mengganggu orang yang ada di sekitarnya, mengambil barang milik orang lain, bereaktifitas fisik berlebihan, berlarian atau berpindah tempat, tidak bisa tenang, dan lain sebagainya.

Baca juga: Balita dan Layar Kaca – Mengapa dan Bagaimana Efeknya?

Dalam proses penanganan anak yang memiliki gangguan hiperaktif  ini, perlu dikenali dulu jenis hiperaktif yang bagaimana, karena gangguan ini tidak sama bagi masing-masing anak sehingga proses penanganannya pun memerlukan metode yang khusus bagi setiap anak. Orang tua dan guru juga bisa bekerjasama untuk mengajarkan sejak dini bagaimana caranya mengelola konsentrasi, perilaku dan emosi si kecil sehingga kemampuan tersebut berkembang seiring ia dewasa.

Situs KidsHealth.org sendiri menyatakan bahwa kondisi hiperaktif pada anak sebaiknya segera ditanggulangi karena bila tidak maka akan menyulitkan sang anak di kemudian hari ketika telah dewasa dan dapat menyebabkan rasa percaya diri rendah, depresi, bersikap melawan, kegagalan akademis, gemar melakukan hal yang penuh risiko, ataupun konflik dengan anggota keluarga lain.

Foto oleh Tara Winstead dari Pexels

Adapun situs tersebut menyarankan 4 pendekatan berikut:

  • Pengobatan. Hal ini akan m,eningkatkan kemampuan otak untuk berkonsentrasi, bersikap lebih kalem dan mengontrol diri sendiri.
  • terapi perilaku. Ahli terapi dapat membantu si kecil mengembangkan kemampuan sosial, smosional dan perencanaan yang kurang dimiliki anak yang menderita hiperaktivitas.
  • Pelatihan orang tua. Melalui pelatihan dari tenaga profesional, orang tua dapat belajar cara terbaik merespon bermacam permasalahan perilaku yang dialami anak dengan hiperaktivitas.
  • Dukungan sekolah. Lingkungan sekolah yang kondusif terhadap sang anak juga akan sangat membantu proses pemulihan anak yang mengalami kondisi hiperaktivitas.

Selain itu kita sebagai orang tua juga dapat mengajak anak yang hiperaktif untuk memanfaatkan energi mereka berolah raga atau menyediakan sarana olahraga sesuai dengan hobi si kecil.

Foto utama oleh Tara Winstead dari Pexels

Related Posts

Comments

Stay Connected

0FansLike
400FollowersFollow
8,385FollowersFollow

Recent Stories