Home Blog Page 219

Jeda Generasi: Ketika Si Kecil Mulai Mengekspresikan Dirinya

0

Tidak jarang kita geleng-geleng kepala melihat tingkah-polah anak jaman sekarang yang tentunya jauh berbeda dari ketika kita masih remaja dahulu. Lebih lucu lagi bila ternyata anak kita sendiri juga mulai turut ikut-ikutan melakukannya. Contoh sederhananya ketika si kecil minta berlangganan Spotify, layanan streaming berbayar untuk mendengarkan musik. Ingatan orang tua jadi terpicu nostalgia masa lalu tentang hal yang sama tetapi terasa jauh lebih baik, sehingga walaupun kita kabulkan permintaannya, bisa jadi kita pun berkomentar:

“Gak sayang uangnya, dek? Kalau jaman papa-mama dulu, kita beli kaset CD ada barangnya, bisa dikoleksi dan dipajang. Kenapa anak sekarang mau bayar hanya untuk numpang dengerin lagu saja?”

Padahal, Moms and Pops, bila kita coba ingat-ingat lebih jauh lagi, pastinya banyak dari orang tua kita yang juga pernah mengucapkan hal yang sama kepada kita ketika kita seumuran si kecil. Tidak sekali dua kali kita mendengar bagaimana generasi Boomers mengkritik kualitas suara musik MP3 karena menurut mereka jauh lebih inferior dibanding kualitas suara dari piringan hitam. Atau bagaimana Gen-X masih suka menolak berlangganan beragam layanan streaming dan lebih suka menonton TV atau mendengarkan radio.

Baca juga: Berkendara Dengan Bayi, Mengapa Perlu Kursi Khusus untuk Anak?

Apakah memang benar masa lalu lebih baik dari masa sekarang? Atau, lebih jauh lagi, apakah benar keadaan semakin memburuk saat ini dibanding dahulu kala? Ternyata ada aspek psikologisnya, loh, Moms and Pops, dan telah ada beberapa penelitiannya. Menganggap masa lalu lebih baik dari masa sekarang adalah pandangan yang dinamakan sebagai declinism atau deklinisme, dan selalu ada di setiap jaman.

Foto oleh Guduru Ajay bhargav dari Pexels

Menu Menarik untuk Menunjang Berat Badan Anak

0

“Si kecil mulai pilih-pilih makanan.. Baiknya diberi makanan bergizi seperti apa ya untuk menunjang berat badannya?”

Kolom dr. Laksmita Dwana, S.S.

Apakah Moms and Pops sudah mulai merasakan tantangan tersebut? Dituntut untuk lebih kreatif dalam memilih dan menyajikan menu makanan yang dapat menarik perhatian anak dan sesuai dengan selera lidahnya. Belum lagi jika anak menentang makanan yang sebenarnya bergizi dan bermanfaat untuk kesehatannya.

Rasanya moms and pops harus memutar kepala dua kali lipat untuk semakin mencari jalan bagaimana dapat memberikan menu makanan yang bergizi seimbang untuk menjaga dan memenuhi kebutuhan asupan nutrisi sang buah hati. Tantangan seperti ini tentunya dialami oleh seluruh kalangan orang tua.

Padahal, sejatinya, usia dini merupakan momentum yang sangat penting bagi tumbuh kembang anak. Baik secara fisik, psikis atau psikologi, terbentuk mulai usia dini tersebut. Pengoptimalan daya pikir anak dan otak anak tidak lepas dari gizi yang diperoleh anak sejak dini.

Perkembangan anak pada dasarnya telah dimulai sejak anak dilahirkan ke dunia. Anak-anak yang kurang mendapatkan pemenuhan gizi yang baik tentunya akan mengalami keterlambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan. Anak-anak dengan gizi yang buruk akan berdampak bagi pertumbuhan fisik maupun pertumbuhan mentalnya.

Maka dari itu, mari kita bantu menunjang dan memenuhi kebutuhan nutrisi sang buah hati dengan cara unik dan menarik!

Tim Kentang Telur untuk Usia 6-9 Bulan.

Bahan:

  • 1 buah kentang ukuran besar
  • 15 gram ayam cincang
  • 1 kuntum kembang kol
  • 1 butir telur ayam
  • 10 gram unsalted butter
  • 3-4 sendok makan air

Langkah:

  • Kukus ayam cincang dan kembang kol hingga matang, sisihkan.
  • Kupas dan bersihkan kentang, kemudian rebus hingga empuk.
  • Haluskan kentang
  • Tambahkan kembang kol, daging ayam, butter, dan telur.
  • Beri air dan campur hingga merata.
  • Kukus 25-35 menit.

Silky Chawan Mushi untuk Usia 6-9 Bulan

Bahan:

  • 2 butir telur ayam
  • 80 ml kaldu ayam atau air
  • 50 gram jagung parut
  • 1 sendok teh wortel parut
  • 20 gram jamur shitake
  • 45 gram daging ayam
  • 1 sendok teh daun bawang

Langkah:

  • Kukus ayam dan jamur shitake, kemudian cincang hingga halus.
  • Aduk telur dan kaldu sampai tercampur rata.
  • Panaskan kukusan.
  • Tuang jagung, wortel, ayam, dan jamur cincang, kemudian tuang adonan telur.
  • Berikan irisan daun bawang.
  • Kukus dengan api kecil selama 15 menit atau hingga matang dengan tutup kukusan yang sedikit terbuka.

Layanan Akseptor Serentak, BKKBN Dorong Paradigma Baru Keluarga Berencana

0

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mendorong adanya paradigma baru tentang Keluarga Berencana (KB) di masyarakat.

Paradigma baru tersebut adalah tidak hanya berpikir tentang jumlah anak namun juga kualitas anak yang dilahirkan.

Hal itu diungkapkan Kepala BKKBN dr. Hasto Wardoyo, Sp.Og saat membuka secara resmi Pelayanan KB Serentak Sejuta Akseptor (PSA) di Rumah Sakit Pusat Angkatan Laut dr. Ramelan, Surabaya, minggu lalu.

Menurut Hasto, esensi utama dari pelayanan kontrasepsi (KB) adalah menciptakan generasi yang sehat dan unggul.

“Kalau dulu BKKBN bekerja keras sejak 1971 itu orientasi kepada kuantitas dengan jargon dua anak cukup. Memang sudah sukses. Angka kelahiran turun dari 5,6 anak per perempuan pada 1971 turun menjadi 2,24 anak per perempuan saat ini. Alhamdulillah sukses,” kata dr. Hasto.

Baca juga: Bagaimana Mengenali Ciri-Ciri Bayi yang Sehat

Sesuai arahan Presiden Joko Widodo, lanjut Hasto, bagaimana keluarga bisa melahirkan generasi-generasi yang unggul untuk Indonesia maju dan bebas stunting. “Sekarang ini tidak hanya dengan dua anak cukup tapi memang dua anak itu harus sehat. Sehingga kalau dulu itu kuantitas tetapi sekarang ini kuantitas dan kualitas,” jelas Hasto.

Bonus demografi yang saat ini dirasakan Indonesia, menurut Hasto, karena proporsi penduduk yang produktif lebih besar dari pada penduduk yang tidak produktif.

Berdasarkan Sensus Penduduk 2020, setiap 100 penduduk yang produktif menanggung beban 41 penduduk yang tidak produktif.

“Kalau mau kaya ya sekarang ini saatnya, karena penduduk yang produktif lebih banyak dan beban untuk penduduk yang tidak produktif lebih sedikit,” ujar Hasto. Menurut Hasto, penduduk yang tidak produktif itu juga bersifat konsumtif, walaupun tidak bekerja namun tetap butuh makan sehingga menjadi beban.

“Oleh karena itu kita harus memanfaatkan bonus demografi ini dengan diawali kualitas sumber daya manusia yang unggul,” jelas Hasto.

Dalam pembukaan Pelayanan KB Serentak Sejuta Akseptor (PSA) di RSAL dr. Ramelan, Surabaya, Rabu (15/06/2022), yang merupakan rangkaian dari kegiatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-29 yang akan digelar di Kota Medan, Sumatera Utara.

Hadir dalam kegiatan tersebut Kepala RSAL dr. Ramelan, Laksamana Pertama TNI dr. Gigih Imanta J., Sp.PD., Finasim., M.M. dan Deputi 3 Kemenko PMK drg. Agus Suprapto, M.Kes, beserta jajaran Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur Dra. Maria Ernawati, MM dan juga sejumlah kepala daerah yang mengikuti secara daring.

“Apa hubungan Pelayanan KB Sejuta Akseptor dengan generasi yang unggul? Ternyata jumlah anak sangat mempengaruhi kualitas anak. Kalau dulu jargonnya banyak anak banyak rezeki, sekarang ini banyak anak banyak masalah,” kata Hasto.

Hasto menjelaskan, jarak kelahiran sangat memengaruhi tumbuh kembang anak. Secara medis, jika jarak kelahiran pada anak kurang dari 3 tahun, maka akan berhubungan erat dengan stunting dan autis. Sedangkan secara psikologis, sambung Hasto, jarak kelahiran yang terlalu dekat akan menimbulkan kecemburuan antara anak yang satu dan yang lain sehingga sulit menerapkan pola hidup sehat.

“Oleh karena itu birth to birth interval, pregnancy to pregnancy interval harus dijaga betul dengan cara kontrasepsi. Ini lah cara kita untuk menurunkan stunting. Parenting sangat berpengaruh besar. Ketika bapak ibu ingin anaknya mau disuruh apa saja, misal mau disuruh makan, syaratnya harus happy. Nah kalau tidak happy, moodnya tidak bagus, makan tidak bagus akhirnya juga stunting,” ujarnya

Pelayanan KB Serentak Sejuta Akseptor digelar di berbagai fasilitas kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik Pratama, Praktik Dokter, Praktik Mandiri Bidan, dan pelayanan bergerak KB dengan menggunakan Mobil Unit Pelayanan KB di setiap Kabupaten/Kota.

Baca juga: Libur T’lah Tiba, Berikut Rekomendasi Tempat Seru untuk Berlibur dengan Sang Buah Hati!

Pelayanan KB ini meliputi KB ulangan, ganti cara (metode), dan KB pascapersalinan baik berupa suntik dan pil, juga metode jangka panjang dengan implant, IUD, Metode Operasi Wanita (Tubektomi) dan Metode Operasi Pria (Vasektomi). Selain itu pelayanan KB baru selain KB pascapersalinan.

Sebelumnya, pada 13 Juni 2022, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) memberikan Penghargaan Kependudukan (United Nations Population Award) kepada Indonesia karena telah memberikan kontribusi luar biasa dan kesadaran terhadap isu kependudukan serta solusi yang telah dilakukan.

Penghargaan diberikan langsung oleh Sekretaris Komite UNPA Dr. Natalia Kanem kepada institusi Badan Kependudukan dan keluarga Berencana Nasional (BKKBN) di Markas Besar PBB di New York, Amerika Serikat.

Foto utama oleh Albert Rafael dari Pexels

Libur T’lah Tiba, Berikut Rekomendasi Tempat Seru untuk Berlibur dengan Sang Buah Hati! 

Moms dan Pops, memasuki akhir bulan Juni anak-anak akan menikmati masa libur sekolah. Berbeda dengan tahun sebelumnya, masa libur kali ini dapat dinikmati secara lebih leluasa karena terdapat pelonggaran terkait aturan Covid-19. Meski demikian, protokol kesehatan Covid-19 pun tetap harus dilaksanakan. 

Baca juga Serunya, Anak-Anak Ini Bersihkan dan Pilah Sampah Sungai Code Yogyakarta

Jika sebelumnya libur sekolah hanya bisa dinikmati dari rumah, kali ini Moms dan Pops dapat mengajak anak berlibur dengan berbagai kegiatan seru yang bisa dilakukan di luar rumah. 

Berdasarkan kalender akademik DKI Jakarta, Sabtu, 25 Juni 2022 ditetapkan sebagai hari libur sekolah hingga kembali melaksanakan kegiatan pembelajaran di Hari Senin, 11 Juli 2022. Bahkan, pada beberapa sekolah hari libur sudah dilaksanakan sejak tanggal 13 Juni 2022. 

Pada masa libur sekolah yang cukup panjang ini, Moms dan Pops dapat bertanya kepada anak ingin menikmati masa liburan dengan cara seperti apa. Melalui libur sekolah, tak hanya sebagai ajang melepas penat dari kegiatan belajar dan mengerjakan tugas, juga sebagai ajang untuk meningkatkan kedekatan antar orang tua dan anak-anak. Sehingga, sayang sekali jika libur sekolah dilewatkan secara percuma. 

Jika Moms dan Pops belum tahu ingin berlibur kemana dan melakukan kegiatan seperti apa, berikut inspirasi tempat dan kegiatan seru untuk menikmati masa libur sekolah sang buah hati. 

  1. Berkunjung ke Gelaran Jakarta Fair Kemayoran 2022
https://instagram.com/jakartafairid?igshid=YmMyMTA2M2Y=

Siapa yang tak tahu Jakarta Fair Kemayoran, atau yang akrab dikenal dengan PRJ. Pekan Raya Jakarta ini merupakan pameran dan hiburan yang diklaim terbesar se-Asia Tenggara. Setiap tahunnya, gelaran ini selalu dinanti oleh masyarakat Ibu kota. 

PRJ menyajikan berbagai pertunjukan budaya, pertunjukan musik, arena bermain anak, hingga wisata belanja yang dilengkapi oleh ratusan merek yang dapat memenuhi kebutuhan siapa saja yang mencarinya. 

Pada libur sekolah, Moms dan Pops dapat mengajak anak untuk berkunjung ke PRJ dan menikmati berbagai sajian hiburan menarik yang terdapat disana. Moms dan Pops juga dapat memberikan anak hadiah sesuai keinginannya mengingat terdapat berbagai booth belanja di PRJ. 

Baca juga Inspirasi Untuk Weekend Seru Keluarga

Gelaran Jakarta Fair Kemayoran 2022 dapat dinikmati hingga Hari Minggu, 17 Juli 2022. Sebelumnya, gelaran raya ini sudah dibuka sejak Hari Kamis, 9 Juni 2022. 

Serunya, Anak-Anak Ini Bersihkan dan Pilah Sampah Sungai Code Yogyakarta

0

BELAJAR DARI DAMPAK BURUK SIKLON TROPIS CEMPAKA DI YOGYAKARTA ANAK–ANAK INISIASI AKSI BERSIH SUNGAI DAN PILAH SAMPAH DI SUNGAI CODE

Sekitar 40 anak dan orang muda yang tergabung dalam Child Campaigner Yogyakarta Save the Children Indonesia menginisiasi aksi bersih sungai dan pilah sampah di wilayah Sendowo yakni area bagian tengah sungai Code Yogyakarta.

Aktivitas ini merupakan bagian dari Aksi Generasi Iklim yang digagas oleh Save the Children Indonesia sejak April 2022. Anak-anak juga menggandeng pihak lainnya seperti P3S (Paguyuban Pengajar Pinggir Sungai) Yogyakarta.

Aksi yang dilakukan pada Minggu pagi, 26 Juni 2022 ini menyoroti tingkat kesadaran masyarakat di wilayah perkotaan Yogyakarta terkait menjaga kebersihan dan memelihara sungai. Aksi ini juga bertujuan untuk meminimalisasi risiko dan dampak buruk yang pernah terjadi pada 2017 silam saat Siklon Tropis Cempaka melanda Yogyakarta terutama wilayah hilir sungai code yakni di Pleret–Imogiri, Kab. Bantul.

Baca juga: Bayi Cegukan: Manfaat, Penyebab dan Jurus Mengatasinya

“Penumpukan sampah limbah rumah tangga maupun limbah industri di sungai dapat memperburuk kondisi iklim yang akan berdampak langsung terhadap anak. Beberapa dampak yang dirasakan oleh anak yaitu gatal-gatal akibat penurunan kualitas air, pencemaran udara, berkurangnya ruang bermain untuk anak, hingga ancaman banjir luapan sungai. Harapannya, setelah diadakan kegiatan ini, anak-anak dapat lebih memahami tentang krisis iklim terutama tindakan preventif yang dapat dilakukan sesuai dengan kapasitas anak,“ jelas Kahfi / 17 Tahun / Anggota Child Campaigner Yogyakarta – Save the Children Indonesia

Krisis iklim yang utamanya berkontribusi pada memanasnya suhu permukaan laut merupakan sumber dari tumbuhnya siklon tropis. Di Indonesia siklon tropis meningkat dari tahun ke tahun, mulai dari siklon tropis cempaka pada 2017 sampai dengan siklon tropis seroja 2021.

Data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika menjelaskan bahwa pada 2017, untuk kali pertama siklon tropis terjadi dua kali dalam setahun, selain waktu kejadian yang berdekatan, keduanya terbentuk di rentang yang semakin dekat dengan garis khatulistiwa.

Dampak yang ditimbulkan dari fenomena siklon tersebut berupa potensi hujan lebat yang mengakibatkan banjir serta longsor.

Data terkini Save the Children melalui hasil studi secara global berjudul “Born into the Climate Crisis” menunjukan bahwa di dunia, anak-anak yang lahir pada tahun 2020 akan menghadapi 30% lebih banyak banjir sungai.

Di Indonesia, anak-anak akan menghadapi 3,3 kali lebih banyak ancaman banjir dari luapan sungai, serta merasakan gelombang panas 7,7 kali lebih sering dibanding yang dialami oleh kakek–nenek mereka.

“Hasil studi kami dan juga sejarah dampak dari siklon tropis di Indonesia jelas menjabarkan bahwa anak-anak menanggung beban yang tidak proporsional karena mereka tumbuh dalam situasi yang mengancam. Penting untuk segera melakukan aksi adaptasi dan pengurangan risiko bersama dengan anak-anak untuk meningkatkan kemampuan anak dan keluarga dalam beradaptasi,” jelas Troy Pantouw / Chief of Advocacy, Campaign, Communication & Media / Save the Children Indonesia

Masih melekat dalam ingatan masyarakat terkait dampak kerusakan dan kerugian yang massif dari fenomena siklon tropis cempaka, terutama bagi mereka yang tinggal berdekatan di bagian hilir sungai code yaitu di wilayah sungai opak dan juga di wilayah pertemuan anak sungai lainnya.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul menaksir kerugian materi akibat bencana bajir dan longsor pada 28 November 2017 sekitar Rp. 50 Miliar, setidaknya ada 245 lokasi yang terdampak dan jumlah pengungsi mencapai 7.929 jiwa termasuk anak-anak. Tak hanya genangan air yang mencapai 1,5 meter, tetapi juga area sawah dipenuhi dengan sampah plastik, popok bayi, bahkan kasur kapuk besar.

“Selama 2017 s.d 2022 ini, kejadian bencana terparah diwilayah saya ya bencana banjir karena badai cempaka itu. Bukan hanya banjir genangan air, tapi juga banyak tumpukan sampah dari aliran sungai code,” kata Mustamid / Kepala Dusun Jejeran 1 – Pleret Kab. Bantul yang juga menjabat sebagai Ketua Forum Komunitas Sungai Bantul.

Baca juga: Berkendara Dengan Bayi, Mengapa Perlu Kursi Khusus untuk Anak?

Mustamid juga menegaskan bahwa pemeliharan sungai dan Daerah Aliran Sungai (DAS) harus dilakukan secara menyeluruh dari hulu, tengah, hingga hilir.

Seperti misalnya masyarakat di bagian hulu perlu melakukan upaya-upaya menjaga mata air dengan tidak menebang pohon di bantaran sungai, lalu di bagian tengah perlu melakukan upaya peningkatan kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah di sungai, tidak membuat bangunan yang mengganggu aliran air sungai dan untuk masyarakat di hilir, perlu lebih banyak menanam pohon di dekat sungai serta secara regular membersihkan sungai.

Anak Rentan Batuk dan Pilek? Ini Cara Mengatasinya

Moms dan Pops, anak sangat rentan sekali terpapar virus flu dan batuk. Mungkin itu karena sistem imun anak yang masih rendah sehingga mudah terserang dengan penyakit terutama flu dan batuk, perlu adanya tindak pencegahan yang dilakukan oleh Moms dan Pops, untuk melindungi si kecil dari berbagai virus yang menyerang kekebalan tubuh.

Baca juga Berkendara Dengan Bayi, Mengapa Perlu Kursi Khusus untuk Anak?

Biasanya, pilek dan batuk pada anak-anak akan bertahan selama kurang lebih satu atau dua minggu sampai hingga akhirnya nanti mereda, namun jika tak kunjung reda, Moms dan Pops dapat memberikan obat-obatan yang direkomendasikan. Namun, bila tidak kunjung sembuh, maka anak harus segera dibawa ke dokter.

Namun, sebelumnya berikut adalah tips sederhana bagaimana mengatasi pilek dan batuk pada anak.

Meredakan batuk dan pilek menggunakan obat alami

Foto dari Pexels.com

Moms, obat herbal telah lama dipercaya dapat menyembuhkan batuk dan pilek pada anak. Tidak heran diantara cara penyembuhan adalah mengkonsumsi obat herbal, diantaranya:

  • Jahe

Ini adalah salah satu bahan alami yang sering digunakan untuk meredakan batuk pilek pada anak. Jahe dapat menangkal virus jahat dan juga menghangatkan tubuh, selain itu jahe juga dapat meningkatkan sistem imun pada anak, sehingga flu dapat segera sembuh.

  • Konsumsi madu

Bahan alami selanjutnya adalah dengan mengkonsumsi madu. Jika Moms anti dengan obat-obatan, madu bisa menjadi salah satu pilihan yang tepat. Madu banyak memiliki banyak manfaat bagi tubuh dan kesehatan, berikan konsumsi madu pada malam hari sebelum tidur, namun jangan terlalu berlebihan ya Moms, karena justru tidak baik bagi kesehatan.

  • Minuman jeruk nipis

Jeruk nipis juga memiliki khasiat melawan infeksi virus dan bakteri yang menyebabkan penyakit flu. Sifat asam dari jeruk nipis mampu untuk memecah lendir dan meredakan batuk pilek pada anak.

Namun konsumsi jeruk nipis ini tidak direkomendasikan untuk anak usia balita, karena sifat asam itu tadi yang justru bahaya bagi lambung anak.

  • Mengoleskan bawang merah

Bawang merah memiliki senyawa dekongestan, yang selain dapat menolak virus batuk pilek pada anak, juga bisa mengahangatkan tubuh. Caranya adalah parut bawang merah dan oleskan pada dada dan punggung anak secukupnya.

Zat eteris yang terkandung dalam bawang merah dapat membantu mengencerkan ingus atau lendir pada anak. Jika bunda tertarik menggunakannya, Moms dapat membalurkan bawang merah yang sudah dicampur dengan minyak kayu putih.

Baca juga Bayi Cegukan: Manfaat, Penyebab dan Jurus Mengatasinya

Oleskan pada bagian punggung, dada, serta telapak kaki anak. Hindari mengoleskan pada kulit yang masih terluka.

Kolom GWTT: Apakah Ada Cara Untuk Menghadapi Stress?

0

Moms and Pop, ParentsGuide dan GorryWell, sebuah wellness superapp menghadirkan kolom GorryWell’s Tea Time, sebuah rubrik khusus yang membahas berbagai isu seputar gaya hidup sehat, nutrisi, olahraga, mindfulness, kesehatan mental, dan lain-lain. Pembaca diajak untuk turut mengajukan pertanyaan.

Pertanyaan:

Apakah ada cara untuk menghadapi stress? (I)

Jawaban oleh Coach Linda:

Pada dasarnya stress adalah sesuatu yang kita butuhkan dalam hidup untuk beradaptasi, waspada terhadap bahaya, meningkatkan motivasi dalam menghadapi tantangan. Tetapi yang perlu kita waspadai adalah respon atau reaksi terhadap stress tersebut.

Hal yang perlu kita lakukan adalah:

  • Kenali emosi apa yang kita rasakan dan apa yang membuat kita stress
  • Terima emosi, apa pun yang ada pada diri kita
  • Olah emosi yang ada pada diri dengan latihan pernafasan dan pelepasan emosi
  • Batasi hal2 yang dapat menyebabkan kita emosi
  • Berikan afirmasi positif untuk memotivasi diri

Semoga tips nya bermanfaat ya. Jika ingin mendapatkan latihan khusus untuk mengendalikan stress, segera download aplikasi Gorrywell dan kita latihan bersama.

Coach Linda

Terima kasih sudah menghubungi kami. Semoga informasi yang disampaikan bermanfaat. Bersama GorryWell, hidup sehat jadi lebih holistik, personal, dan affordable.

Yuk download aplikasi GorryWell di Playstore atau Appstore untuk konsultasi lebih jauh dengan para wellness coach profesional.

Moms and Pops, sampaikan pertanyaan yang ingin diajukan di link ini

Semua akan dijawab secara profesional oleh Wellness Coach dari GORRYWELL dan akan dibahas di ParentsGuide. Jangan khawatir, form yang diajukan bersifat pribadi dan rahasia.

Foto utama dari Burst

Berkendara dengan Bayi, Mengapa Perlu Kursi Khusus Anak?

0

Setiap orang tua harus selalu memastikan keamanan dan kenyamanan anak ketika sedang berpergian, termasuk ketika menggunakan kendaraan pribadi dan untuk hal ini si kecil membutuhkan peralatan tambahan yang khusus yang walau kerap menjadi incaran para orang tua, tidak sedikit yang kerap mengabaikannya, yaitu: Car Safety Seat atau kursi mobil untuk anak, khususnya bayi dan balita.

Apa sih pentingnya memiliki tempat duduk khusus untuk anak di mobil kita, Moms and Pops?

Sebagai awal, tempat duduk kendaraan bermotor didesain untuk orang dewasa sehingga bagi anak-anak, bila dipaksakan, tentunya tidak akan memenuhi baik standar kenyamanan maupun keamanan yang maksimal.

Sekedar perbandingan, mungkin kita merasa memangku anak cukup aman ketika berkendaraan dengan kecepatan rendah, padahal bila kita cek hitungan fisikanya, ternyata cukup mengkhawatirkan. Karenanya ada ungkapan bahwa yang membahayakan itu bukan kecepatan tetapi percepatan, atau tepatnya ketika terjadi penurunan kecepatan drastis atau berhenti mendadak, entah karena ngerem atau karena benturan.

Baca juga: Sains di Balik Beragam Ulah Si Kecil yang Menggemaskan

Ketika kendaraan bergerak, maka semua yang ada di dalam kendaraan tersebut ikut bergerak dengan kecepatan yang sama. Selama stabil atau hanya terjadi sedikit fluktuasi, maka kita di dalam mobil hanya merasa sedikit terdorong atau terhentak.

Akan tetapi, rumus fisika menyatakan bahwa ketika bergerak, maka akan terbentuk energi tekanan dari berat tubuh kita dikali dengan kecepatan pergerakan kita. Atau dengan kata lain, bila berat tubuh kita 50 kilogram dan kecepatan kendaraan 40 kilometer per jam saja, tekanan energi inersia tubuh kita ketika kendaraan mendadak terpaksa berhenti itu mencapai 2,000 kg. Cukup dahsyat.

Karenanya sabuk pengaman sudah jadi harga mati dan tidak bisa ditawar-tawar lagi. Di sinilah fungsi kursi mobil untuk bayi dan balita atau anak-anak pada umumnya menjadi sedemikian penting.

Foto oleh Erik Mclean dari Pexels
  1. Mencegah Kecelakaan Pada Bayi

Bayi Cegukan: Manfaat, Penyebab dan Jurus Mengatasinya

0

Cegukan adalah hal yang tidak hanya wajar bagi kita sebagai orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Bayi yang baru lahir dan balita seringkali mengalaminya. Hal ini kemungkinan besar disebabkan iritasi pada diafragma, otot di bagian paru-paru yang mengalami kejang ringan. Hal ini menyebabkan pita suara tertutup mendadak dan menghasilkan suara cegukan yang khas tersebut.

Penyebabnya, menurut dokter Kylie Liermann, DO dalam artikelnya di situs kesehatan health.clevelandclinic.org, bisa jadi karena asupan yang terlalu banyak, baik yang padat maupun yang cair. Cegukan biasanya tidak menjadi masalah, bahkan bisa terjadi ketika masih dalam kandungan.

Baca juga: Sains di Balik Beragam Ulah Si Kecil yang Menggemaskan

Faktor Penyebab

Belum ada penyebab pasti mengapa cegukan terjadi, namun ada beberapa pola penyebabnya seperti makan terlalu cepat atau minum terlalu cepat serta beberapa faktor lainnya. Karena bukan hal yang serius maka biasanya akan reda dengan sendirinya.

  1. Terlalu banyak minum susu

Kondisi ini sering terjadi ketika bayi terlalu cepat menelan ASI dan juga kadang disebabkan karena posisi menyusui yang kurang tepat.

  1. Banyak udara yang tertelan ke dalam perut

Terlalu banyak menelan udara maksudnya adalah nafas bayi yang memiliki standar ritme, namun jika terlalu cepat dalam proses sirkulasinya akan terjadi cegukan. Dan juga ada faktor lainnya, diantaranya :

  • Makan buru-buru
  • Minum air terlalu dingin pada bayi di atas 6 bulan
  • Batuk terlalu keras
  • Memakan makanan bersuhu panas
  • Ada gangguan pada diafragma
  1. Alergi
Foto oleh Kelly Sikkema dari Unsplash

Menghargai Keputusan Anak untuk Tidak Ingin Diobati

0

Dr. Edi Setiawan Tehuteru, Sp.A(K), MHA.

Pernah ada seorang anak lelaki yang terkena kanker saraf tepi atau lazim disebut neuroblastoma. Tumor primernya ada di anak ginjal dan sudah menyebar ke kelenjar getah bening yang posisinya kurang menguntungkan karena melilit pembuluh darah besar di daerah perut. Dokter bedah tidak menganjurkan anak ini untuk dioperasi karena risiko pendarahannya yang sangat besar bila tindakan itu sampai dilakukan.

Upaya kemoterapi akhirnya ditempuh dengan harapan tumornya mengecil dan lilitan terhadap pembuluh darah besar di daerah perutnya berkurang. Setelah kemoterapi, hasil evaluasi menunjukkan keduanya tidak bergeming, yang artinya upaya kemoterapi gagal. Sebetulnya masih ada satu upaya lagi, yaitu radionuklir, namun sang anak menolak. Ia bahkan berkata kepada ibunya di hadapan saya di poliklinik, “Mending aku mati aja daripada harus di-radionuklir”.

Sang ibu menangis sedih mendengar ucapan anaknya. Ia sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa. Melihat suasana yang sudah tidak nyaman lagi, akhirnya saya berkata, “Bu, yang menjalani ini semua kan anak ibu. Mari kita beri dia kesempatan untuk menentukan apa yang terbaik untuk dirinya sendiri. Mari kita dukung keputusannya”. Akhirnya, dengan berlinang air mata, ibu menyetujui apa yang anaknya putuskan untuk dirinya sendiri.

Baca juga: Rafly Dwi Marzuq: Menang Melawan Kanker Setelah Tertendang dan Beasiswa ke Amerika

Sebagai dokter, saya beritahu juga si anak dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh anak-anak seusianya, tentang kemungkinan apa saja yang terjadi jika ia tidak ingin diobati lagi. Saya sampaikan juga kepada ibunya untuk tidak menyalahkan sang anak jika suatu hari hal buruk terjadi menimpa dirinya. Jika memang sudah tiba waktu-Nya, kiranya ia dapat meninggalkan dunia dengan sukacita karena tahu bahwa seluruh keluarga mendukungnya.

Dalam situasi dan kondisi seperti ini, tidak jarang orang tua atau siapapun itu yang justru marah-marah dan berkata, “Kamu sih nggak mau dengar kata orang tua, jadi begini nih jadinya. Coba kalau kamu nurut, pasti tidak seperti ini jadinya”. Seandainya kita memposisikan diri sebagai si anak, bagaimana kira-kira reaksi kita mendengar kalimat-kalimat semacam itu?

Tentunya pasti sedih. Apalagi, biasanya situasi ini adalah situasi menjelang akhir kehidupan. Mengapa kita harus mengakhiri kebersamaan ini dalam suasana penuh kemarahan? Bisakah mereka menghargai pendapat ku dan berpisah dalam suasana hati yang sukacita dan penuh damai?

Harus diakui bahwa ini bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Dibutuhkan suatu kedewasaan dalam berpikir dan bertindak.

Foto oleh cottonbro dari Pexels
395FansLike
11,766FollowersFollow
8,385FollowersFollow
15SubscribersSubscribe